Thursday, March 29, 2018

Tidying Festival-Papers






Keterangan gambar:


Gambar before menunjukkan saat file yang tersimpan di kontainer plastik dikeluarkan. Masih tercampur dalam map file sementara. Dan untuk mencari file yang diperlukan masih harus membongkar semua file, karena tidak ada namanya


Gambar afternya menunjukkan file sudah dipisah sesuai kepemilikan dan jenis-jenis peruntukannya.


Walau jika menengok ke dalam map, pasti masih bisa ditemukan file yang bisa disortir 😅



Sesuai materi dalam kelas Shokyuu Bahwa prinsip berbenah kertas dalam metode konmari adalah discard everything atau membuang semuanya. Kecuali yang penting. Kategori penting inipun harus dilihat lagi masa simpannya. Jika sertifikat, ijazah, akta kelahiran surat-surat identitas pasti akan kita simpan selamanya. Jika berupa tagihan atau bukti bayar tentu ada masa simpan tertentu misal 5-10 tahun. Jika berupa hasil belajar atau hasil karya anak-anak dapat dipilih hasil terbaik dan kita ajak anak-anak untuk ikut memilih hasil karya yang spark joy menurut mereka. 


Jika harus dibuang dapat kita ikat dengan rapi dan ditawarkan kepada pengumpul kertas bekas agar bisa didaur ulang. 


Kendala apa saja?


Dalam penerapan metode ini ada beberapa kendala yang dirasakan, perlu waktu yang lama untuk memilih yang mana “kertas” yang benar-benar layak disimpan. Terutama pada jenis karya anak-anak. Kebetulan anak-anak suka membuat komik sederhana pada kertas kosong dan masih tidak beraturan, “dibuang sayang” jadi istilah yang akhirnya membuat kertas menjadi tumpukan-tumpukan baru lagi. Saya berdiskusi dengan anak-anak mereka setuju untuk tidak lagi menyimpan komik-komik pendek atau gambar-gambar yang mereka buat. Saat melihat-lihat kembali mereka merasa terhibur. “Waah ini gambar saya dulu..hahaha..” Namun saya masih merasa sayang dan akhirnya saya foto. Meskipun sampai sekarang foto itu masih belum diapa-apakan di dalam memory HP saya. Yah tumpukannya pindah ke memory HP. 


Jadi untuk surat-surat penting pribadi saya pisah dalam map binder yang bisa dibuka tutup dan susunan bisa diubah atau diselipkan jika ada tambahan file. Masing-masing anggota keluarga memiliki 1 map berisi mulai dari akta kelahiran, ijazah SD sampai dengan ijazah jenjang berikutnya. Jika ada tambahan sertifikat tertentu tinggal diselipkan ke map masing-masing.


Untuk file rumah, isinya adalah tagihan listrik, tagihan tv kabel, namun karena sekarang sudah serba online semua data tidak ada print outnya. Termasuk file pajak bumi dan bangunan lengkap di map binder Rumah. 


Yang menjadi kendala berikutnya kertas-kertas terlalu menumpuk di kotak “pending”. Selalu mencari waktu yang tepat untuk memasukkan kertas tersebut sesuai kategori. Kenyataannya tidak ada waktu yang tepat. Akhirnya kertas numpuk kembali.


Kendala umum yang lain..

Sayang untuk membuang kertas-kertas yang kemungkinan akan dipakai kembali, misal penawaran-penawaran dan toko-toko tertentu, manual book alat elektronik.  Jika “dibuang” khawatir akan memerlukannya kembali suatu saat nanti. Alhasil tumpukan kertas lagi yang terjadi.


Perlu ketegaan untuk membuang yang ada dan yang tidak diperlukan.

Perlu pembiasaan untuk menolak atau tidak mengambil seluruh brosur yang ditawarkan. 

Menggunakan kertas seefektif mungkin. Ingat pohon dunia dan bumi yang berkorban untuk menyediakan kertas.


#konmariindonesia

#konmarimethod

#shokyuuclass


Sunday, March 25, 2018

Tidying Festival-Books

Saat ini masih dalam proses berbenah buku-buku. Waktu itu saya menanyakan apa yang menjadi permasalahan saya ketika menyusun buku dalam kelas Shokyuu Konmari Indonesia. Berikut kutipannya.


“Saya mau nanya

Kalau menyusun buku atau memilih yang spark joy 

Haruskah diturunkan semua buku2 yang sudah tersusun rapi? Atau kita sisihkan saja yang kurang spark joy untuk menghemat energi dan waktu?”


Jawaban


“Lebih baik turunkan semua, dan pilah satu2...salah 1 kaidah sortir adalah memilah satu per satu...tidak scanning”


Pertanyaan yang berikutnya


“Saya sudah membeli rak buku besar namun masih banyak tumpukan buku2 yang tidak bisa masuk/disusun ke rak.. 

-jika membeli rak lagi, tempat/ruangan sudah tidak cukup

-buku2 sebagian besar termasuk yang spark joy dan belum memungkinkan untuk didonasikan

Mohon sarannya”


Jawaban


“Pastikan lakukan sortir sampai tuntas ya...hanya menyimpan yg spark joy saja...dan tentunya akan dibaca kembali buku tsb”


Dengan waktu yang demikian singkat (satu minggu) sementara saya harus keluar kota kemungkinan untuk menurunkan semua buku dan memilih yang spark joy dan akan dibaca kembali, belum dapat saya kerjakan, karena khawatir tidak selesai dan menjadi tumpukan buku yang berantakan.


Dan buku-buku saya kebanyakan spark joy dan saya jadwalkan akan dibaca kembali, namun rak buku sudah penuh. Belum termasuk buku-buku yang masih ada di kotak container. Dilihat kebiasaan saya ini adalah membeli buku dan menumpuknya belum dibaca dan sudah membeli buku lagi. 


Jika diklasifikasikan, terkadang saya termasuk “bookworm” namun kadarnya lebih banyak “bibliophile” dan sedikit “tsundoku”. Bersyukur belum termasuk “bibliomania”. 


Penjelasan masing-masingnya seperti di bawah ini seperti yang saya kutip dari materi kelas shokyuu.


Bookworm --> kutu buku, suka membaca dan menyukai buku karena isinya.


Bibliophile --> cinta buku, beberapa suka membacanya dan mengoleksinya. Misal menyukai seorang penulis, lalu mengoleksi semua bukunya.


Tsundoku --> suka *membeli* buku dan menumpuknya begitu saja. Berencana membacanya namun tidak pernah terlaksana. Beberapa berpendapat Tsundoku bukan hanya buku, tapi juga suka membeli benda-benda namun tidak menggunakannya.


Bibliomania --> hampir sama dengan Tsundoku namun dengan kondisi yang lebih ekstrim. Termasuk salah satu kelainan psikologis yang mirip dengan Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Biasanya mereka menyukai buku bukan karena isinya, tapi karena ada sesuatu yang dapat diburu dari buku tersebut. Misalnya terobsesi mencari edisi pertamanya karena gengsi. Bibliomaniac suka mengumpulkan buku tanpa alasan yang jelas. Book-hoarding.


Kesimpulannya kendala bersih-bersih buku ini adalah pertama harus menurunkan semua buku dari rak yang artinya harus siap terlihat berantakan, kedua harus memilih yang benar-benar spark joy, dan ketiga harus melepaskan buku-buku yang mungkin belum habis dibaca bahkan belum sempat dibaca. Jika tidak bisa melepaskan buku-buku yang perlu perenungan apakah akan didonasikan, mungkinkah membeli lemari baru sedangkan ruangan sudah tidak cukup?


Sepertinya saya harus membuat jadwal khusus untuk menghabiskan membaca  buku-buku yang sudah saya beli. Dan disiplin untuk menepati jadwalnya. 






Gambar ini penampakan susunan buku di rak. Rak ini ada dua sisi, sisi dalam menghadap dinding dan tidak terlihat, sisi luar yang terlihat. Ada juga rak buku yang ditempel di dinding. 


Buku-buku ini sudah sering disusun namun terlihat ada yang berantakan, karena rak ini gabung dengan rak buku sekolah anak-anak. Dan mereka harus terus dimotivasi untuk bisa selalu rapi. Juga masih gabung dengan alat mewarnai dan beberapa mainan milik anak-anak.








Secara detail susunan buku-buku di rak sisi dalam dan sisi luar bisa dilihat di gambar di atas.


Masih dalam proses membuat susunan rak buku sesuai Konmari Method.


#konmariindonesia

#shokyuuclass

#konmarimethod


Thursday, March 15, 2018

Tidying Festival-Clothes Part 2




Keterangan gambar:

“Lemari yang berproses menuju spark joy”

-Sebelum disekat
Lemari konvensional memang tidak bersekat, untuk sementara menunggu tukang atau orang yang bisa membuat sekat, keranjang ditumpuk saja meskipun ketika akan mencari baju, agak kesulitan. 

-Setelah dibuat sekat kayu, lebih mudah meletakkan baju yang telah dilipat atau mencari baju yang akan dipakai.


#konmariindonesia
#shokyuuclass 
#konmarimethod


Alhamdulilah 
Akhirnya selesai juga berbenah untuk pakaian pribadi saya dan suami
Ada perubahan mendasar dalam diri saya

apakah perbedaannya setelah membereskan pakaian dengan metode Konmari?

Dulu...
sukanya window shopping dan berakhir shopping beneran hehehe baik online dan offline pilihannya yang sreg di hati. Walaupun setelah sampai di rumah baju itu serasa kurang cocok dan kurang nyaman. Mungkin klo dipake di badan si model, tentu saja bagus dan cocok, begitu dipasang di badan sendiri kok gini yaah..
Kadang bagus dilihat tapi kurang nyaman dipakai, atau nyaman dipakai tapi kurang bagus dilihat. Kadang kekecilan, kependekan, kepanjangan atau kebesaran
Akhirnya cuman numpuk di lemari.

Sekarang...
Berusaha untuk memastikan bahwa baju atau apapun yang dibeli benar-benar barang yang diinginkan dan dibutuhkan. Lebih selektif dan lebih sering berdialog dengan diri sendiri. 
Apakah saya benar-benar perlu barang ini, apakah tujuan atau niat saya membeli barang ini, 
apakah hanya akan menambah tumpukan barang di lemari atau di rumah?
Jika benar-benar ada barang yang akan dibeli maka harus ada barang yang dikeluarkan, terutama baju. Bisa didonasikan saja bisa dimanfaatkan oleh orang lain yang lebih membutuhkan. Karena jika dibuang maka akan menambah sampah di lingkungan.

Dengan susunan isi lemari yang sekarang lebih enak dilihat, walaupun susunan di dalam keranjangnya masih terlalu padat. Agaknya harus mengurangi beberapa pakaian lagi agar ideal susunannya. Harus menimbang lagi mana yang perlu didonasikan. Untuk menambah pakaian sepertinya sementara ini tidak. Kecuali ada banyak baju lagi yang akan didonasikan. Setidaknya pakaian tersebut berumur minimal 3 tahun. Atau sudah benar-benar kita tidak ingin memakainya lagi. 

Apalagi perbedaannya?

Baju yang dipakai menjadi lebih bervariasi tiap harinya karena baju-baju menjadi mudah terlihat dan mudah dipilih. Dulunya tersimpan di lemari bagian belakang dan tidak terlihat kecuali dibongkar tumpukan pakaian yang bagian depan. Jadi hanya baju bagian depan yang “kena giliran” dipakai.

Namun sekarang, terkadang untuk mencari baju tertentu saya harus membuka semua keranjang karena tidak tentu diletakkan dimana. Mungkin harus dibantu dengan diberikan label-label agar tidak perlu semua dibuka. Atau bisa juga dengan konsisten meletakkan baju tertentu pada keranjang tertentu. Dengan sendirinya akan terbiasa. 

Keuntungannya dengan susunan seperti ini tetap terlihat rapi, jika berantakan pun paling hanya terjadi di salah satu keranjang saja, tidak memerlukan energi banyak untuk mengembalikan kerapiannya. Kalau saat belum mengenal cara penyusunan ala konmari, jika berantakan, menyusunnya harus secara keseluruhan baju di lemari.

Yang pasti metode konmari ini telah berhasil memangkas nafsu beli baju hehehe.

Wednesday, March 7, 2018

Tidying Festival - Pakaian

Mulai berbenah pakaian




Keterangan Foto:
1. Foto lemari pakaian saat ini (before)
2. Foto smua pakaian yang sudah terkumpul (step 1)
3. Foto baju-baju yang disisihkan dari lemari dan akan didonasikan

Keterangan: 
Untuk foto pakaian yang sudah lulus uji spark joy sebelum dilipat (step 2) sayang sekali tidak sempat difoto dan sudah terlanjur dilipat.

4. Foto pakaian yang sudah dilipat ala Konmari.
Untuk foto 4, 5, 6

#konmariindonesia 
#shokyuuclass 
#konmarimethod



Dalam berbenah kali ini paling sulit adalah menentukan baju mana saja yang akan masuk ke lemari, baju mana saja yang spark joy. Saya kemudian berpikir ulang untuk membeli baju, banyak sekali baju yang saya beli ternyata tidak sering saya pakai bahkan belum pernah saya pakai. 

Ditambah lagi ketonjok dengan materi semalem the story of cotton.. bagaimana perjuangannya baju bisa sampai ke tangan kita. Luar biasa pengorbanannya. Melibatkan alam dengan sumber daya airnya untuk menumbuhkan tanaman cotton yang haus air, proses penciptaannya menjadi sebuah baju melibatkan tenaga manusia, tenaga mesin dan lain sebagainya. Dan juga membutuhkan air yang setara dengan kebutuhan satu orang selama 900 hari. Luar biasaa. Belum lagi memerlukan pengangkutan agar sampai ke tangan kita, dan memerlukan banyak energi untuk merawatnya. Perlu dicuci, dijemur, disetrika. Lebih-lebih lagi jika dikeringkan dengan dyer, bertambah energi yang dibutuhkan.

Pikirkan kembali seberapa seringkah kita mencuci pakaian sedangkan ketersediaan air di muka bumi ini 97% adalah air laut, 2%nya adalah es di kutub, Hanya 1% yang tersisa. Dari 1% tersebut 70%nya untuk keperluan tumbuhnya tanaman, 30%nya saja yang bisa kita manfaatkan. 

Lalu renungkanlah
Seberapa banyak baju yang kita perlukan? 
Seberapa sering kita mencuci pakaian?
Yang bisa kita lakukan adalah berhemat, hemat air dengan tidak terlalu sering mencuci, hemat energi dengan tidak memakai dryer untuk mengeringkan pakaian, dan hanya menyetrika untuk pakaian tertentu saja.

Sumber inspirasi “national geographic”

Itulah mengapa kita dilarang mencela hujan. Hujan adalah salah satu bentuk recycle air di alam. Dari hujanlah kita peroleh sumber air. Sebisa mungkin hujan bisa terserap ke dalam tanah kembali, bukan melimpas dan akhirnya ke laut. 

Metode berbenah, namun dampaknya bisa sejauh ini. Banyak disadarkan karena telah berperilaku boros dan tidak pikir panjang akan dampaknya terhadap alam semesta. 

Mastermind dan False Celebration

  Anggota Tim yang memberikan sarannya:  #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...