Friday, November 24, 2017

Menjaga kreativitas agar terus tumbuh

Sesuai fitrahnya anak adalah makhluk kreatif, tanpa diperintah dia akan mengeksplorasi apa yang dia temui.   

Kembali lagi peran orang tua yang membuat fitrahnya tumbuh atau berangsur-angsur menurun dan akhirnya menjadi tidak kreatif dan pudar fitrahnya.

Orang tua hanya perlu memastikan proses menumbuhkan fitrahnya tidak melanggar adab-adab dan tidak membahayakan bagi dirinya.

Proses aware terhadap kreatifitas anak harus dilatih, respon terhadap perilaku atau hasil karya anak harus lebih positif dan diharapkan dapat merangsang anak untuk membuat karya-karya baru lagi yang lebih baik.

Melatih proses aware orang tua tentu dimulai dengan diri sendiri, menghargai dan bersyukur dengan apa yang diberikan Allah, dengan memanfaatkannya. Menggali potensi diri, mengenali aktivitas apa saja yang "gue banget" dan bahagia ketika menjalaninya. Proses ini kita lakukan bersama dengan anak, bagaimana kita ingin diperlakukan, begitulah anak kita ingin diperlakukan. Kita tidak ingin dipaksa melakukan sesuatu yang tidak kita sukai. Demikian juga anak. Hal sederhana ini yang masih harus terus dipelihara. 

Tetapi untuk masalah ibadah, seorang pakar berkesimpulan bahwa :
Tidak ada orang yang suka sholat, ngaji, puasa dll, tetapi sebab cintanya kepada Allah, orang akan melakukan semua itu dengan ikhlas. Jadi yang perlu dikejar adalah menumbuhkan cinta kepada Allah. 

Friday, November 17, 2017

Biarkan anak kreatif bereksplorasi

Si kakak tiara suka eksplore seruling yang lagi nganggur, semua lagu-lagu anak populer dicobain. Sambil baca not lagu dia mulai memainkan mulai dari burung kakak tua, balonku ada lima, ambilkan bulan bu, dan lain-lain. 

Sementara adik mitha hobby main rumah-rumahan di kasur dan dikamar. Penampakannya kaya gini, bantal ditumpuk, keranjang ditumpuk juga jadi ruang-ruang kamar mandi, ada washtafel dan meja kerja hehe meja kerjanya dilengkapi dengan laptop. Bukan laptop beneran, tapi buku hardcover yang dibuka separo sebagai layarnya.

Begini penampakannya


Sesuai umur sesuai tahap perkembangannya  perlu bereksplorasi, dengan apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Jadi berantakan nii rumah.. 

Semoga orang tua tetap menjadi pendukung kreatifitas anak-anak. Dalam buku bunda sayang lingkungan pendukung kreatifitas adalah
Merawat, tidak membatasi
Merangsang, tidak mendikte
Responsive, tidak mengontrol
Mendukung kemandirian, bukan menuntut
Memberi kebebasan, tidak mengabaikan

Tetap semangaat..!!!

Thursday, November 16, 2017

Kreativitas berpikir

Think creative edisi hari ini adalah memprotes bundanya.

"Bunda, kok bunda ga bolehin kita melakukan sesuatu padahal bunda sendiri melakukan?"

"Oh yaa? Yang mana?" Saya mencoba mengumpulkan data.

"Bunda tidak memperbolehkan saya 
menjawab hanya dengan hhmmm, nyuruh mandi bunda juga lambat mandinya, bersuara keras atau teriak kalo marah dan banyak lagi" kata Tiara

Duuh, buka rahasia niih...hahaha

"Kira2 klo bunda gitu diapain?" Saya bertanya

"Ditegur"

"Kira2 klo ditegur pas lagi marah tambah marah ga?"

"Mungkin" katanya

"Terus gimana donk?" Kata saya

Tiara akan bilang, "Bunda, kita udah sepakat untuk saling mengingatkan"

"Misal tetap marah gimana?" Pertanyaan pancingan saya.

"Ya udah saya biarin aja, tapi nanti klo udah tenang Bunda harus menulis Istighfar 20 kali" katanya.

Saran bunda siapapun diantara kita yang bikin salah dan bikin suasana ga enak, kalau sudah tenang menulis istighfar sebanyak 20 kali.

Yah begitulah saya pengen juga bisa menyalurkan emosi ini dengan benar, walaupun perlu latihan seumur hidup. Saya ingat mamak saya.. ucaplah alhamdulilah setiap hal ga enak yang kamu terima pahami kenapa sesuatu itu bisa terjadi dan ingat nasihat rasulullah bagaimana mengatasi marah. Berkata yang baik atau diam bukan berteriak atau bersuara keras.

Begitulah Tiara umur 10 tahun menangkap kejadian di rumah dan dia sudah berani untuk mengungkapkan ketidaksesuaian antara perkataan dan teladan yang dilakukan bundanya. Maafkan anakku..mari kita perbaiki bersama.




Wednesday, November 15, 2017

Kreativitas menyusun lemari baju


Seperti biasa klo udah pulang sekolah ada aja yang dikerjain, hari ini Nisa dan Tiara main alat musik seruling dan pianika, sedangkan mitha yang jadi vokalisnya. 

Hehehe hiburan banget ini buat saya

Saya sendiri sambil beres-beres lemari
Lemari udah over load, klo nyari sesuatu susah banget mesti ngebongkar dan ini yang bikin males ngembaliin lagi ke posisi semula dan akhirnya jadi kesibukan baru lagi hehehe

Akhirnya dengan tekad kuat saya coba aplikasikan tentang beres-beres ala metode konmari, saya pengen membuktikan beres-beres total itu sekali selanjutnya dimaintain dengan mengembalikan barang atau sesuatu ke tempatnya. Yang pertama harus dimulai dari beres-beres seluruh baju. Dimulai dari baju anak-anak. 

Hmmm.....
Ternyata yaa setelah diberesin, banyak sekali baju mereka, lemari sampe ga cukup. Dalam metode ini lemari dibuat semacam laci. Baju-baju dilipat secara vertikal. Klo kita tarik lacinya maka akan terlihat baju-bajunya sehingga mudah untuk menemukan yang kita cari. Karena lemari anak-anak modelnya tanpa laci jadinya harus ditambah dengan kotak atau keranjang. 

Sebagian baju sudah disortir dengan persetujuan anak-anak. Anak-anak belajar melepaskan baju-bajunya untuk diberikan ke orang lain, karena baju sudah terlalu banyak, dan ukurannya sudah tidak cukup.

Sampai saat ini dibantu anak-anak masih menyusun dan menyortir kaos kaki. Banyak banget ini kaos kakinya, kenapa anak-anak selalu minta dibelikan kaos kaki?

Hmmm karena susah nyarinya di lemari.. jadi belii aja hehe gitu kali mikirnya.

Kreativitas ini, seputar mengaplikasikan sesuatu yang sudah ada, menjalankan ide orang lain. Jika dalam usaha beres-beres ini mengalami kendala perlu kreativitas baru untuk solusinya. Yuuuk.. lanjut menyusun kaos kaki.. hehehe



Tuesday, November 14, 2017

Yuuk jadi orang tua kreatif

Berbicara tentang kreativitas tentu saya yang harus banyak berubah..

Cara memperlakukan anak
Cara berbicara
Cara menanggapi
Cara memotivasi

Selama ini saya lebih banyak mengatur anak bukan memfasilitasi
Lebih banyak mencontohkan yang tidak saya inginkan jika anak-anak melakukannya

Melihat cara bicara kakak yang pertama jelas banget mirip saya.
Dan saya ga suka dengernya..

Ya Allah... susah 
banyak parenting diikuti
Ilmu nyangkut dan bertekad melaksanakan
Yaah walaupun ga semua gagal tapi paling enggak ada niat untuk berubah.

Sepertinya saya ga sendiri, banyak juga temen atau kalau saya baca artikel yang kurang lebih seperti ini..

Berubah harus ada niat dalam diri, tekad yang kuat dan harus dimulai dari diri sendiri.

Dan tetap semangat tentunya..carilah komunitas yang membuat orgtua tetap warass ngurus keluarga..


Monday, November 13, 2017

Bikin video seru-seruan

Pulang sekolah Nisa dan tiara dance  lucu mirip yang dilihatnya di sebuah tayangan VCD. Lalu mereka memodifikasi gerakannya sesuai yang mereka sukai. Adiknya kena tugas pegang hape untuk ambil videonya. Berkali-kali take video untuk dapatkan gambar dan gerakan yang terbaik. Ini menjadi kegiatan yang menyenangkan sambil berproses kreatif menampilkan gaya yang serasi dan keren. Sampai menurut mereka sempurna video itu langsung dikirim ke ayahnya.

Ngeliat video-video yang salah saya jadi terhibur juga hehehe. Video yang sudah jadi pun saya lihat oke juga..
Tapi saya ingatkan untuk tidak dikirim ke orang lain, karena tidak berkerudung. Harus tahu adabnya jika ingin mengupload sesuatu.

Bikin video seperti ini termasuk aktivitas kreatif juga untuk ngisi waktu sepulang sekolah dan mengakrabkan antar saudara kandung. 

Saturday, November 11, 2017

Menunda keinginan karena masih sekolah

Menunda keinginannya karena masih sekolah

Barusan membaca postingan Nisa tentang keinginannya untuk membuat video animasi bersama adiknya Tiara.

Tiara kebagian tugas membuat karakter animasi dan Nisa bagian dubbing suaranya. Bagaimana caranya anak-anak lebih tahu dan mengerti apa yang mereka maui. Mungkin bisa melihat tutorialnya di youtube. Saya mendukung saja paling hanya menambahkan ide-ide apa yang perlu mereka jadikan cerita. 

Kendalanya waktu dan tenaga anak-anak yang lebih banyak untuk sekolah. Tapi masih bisa disiasati dengan meluangkan waktu walaupun sedikit untuk concern pada keinginannya untuk berkarya.

Duh ga sabar..pengen lihat hasilnya hehehe..
Semoga kalo waktunya tiba nanti keinginan mereka terwujud...

Tulisan asli anakku Nisa, amazing saya bacanya 

http://diannisanailahanin.blogspot.com/2017/11/keinginan-besarkuu.html


Think Creative



"Bun, boleh ga kalau ini saya mainkan?"
"Bun, hari ini mandinya keramas ga?"
"Bun, boleh pake baju ini ga?"

Think creative dimulai dari orang tua memang, sejauh ini ada hal yang kalau saya perhatikan dia selalu bertanya.

Dalam buku Bunda Sayang waktu saya baca saya merasa kesentil hehehe

Saya kutip 2 paragraf di bawah ini ya..

Apakah untuk melakukan segala sesuatunya anak selalu merasa takut dimarahi dan selalu harus bertanya "boleh tidak? kepada orang tuanya, bila ya, maka sebaiknya orangtua introspeksi diri, ini berarti sebagai orangtua kita lebih sering berkata "tidak boleh" dibanding "boleh". Kalimat "tidak boleh" yang terlalu sering diucapkan dapat memangkas kreativitas anak.

Sebagai orang tua sebaiknya kita menerapkan prinsip "semua boleh, kecuali yang tidak boleh". Dengan demikian anak dapat mengembangkan kreativitasnya. Apa sajakah hal yang tidak boleh tersebut? Terutama hal-hal yang berkaitan dengan akidah, iman dan adab.

Itulah yang terjadi, tanpa disadari saya terlalu sering melarang dan mengatur. Kejadian yang tanpa disadari ini makin lama makin kelihatan dampaknya. Maka solusinya : pertama, maafkan anak kita yang sering bertanya, sebab kita juga yang sering melarang, kedua, minta ampun kepada Allah atau bertobat, karena kita telah salah mendidik, dan ketiga, bermusyawarah dengan anak, artinya buat kesepakatan baru dengan cara mengobrol bareng anak.

Yuuk, Nak kita perbaiki sama-sama.



Friday, November 10, 2017

Brownies dan main sama temen



"Bundaa hari ini bikin brownies yaa.."

"Iyaa.."

Memang sudah beberapa hari tertunda, sibuk mondar-mandir urusan ga jelas hehehe

"Kenapa mitha mau bikin brownies?"

"Iyaa mitha suka pake alat yang untuk nyampurnya" katanya

"Oh mixer..Boleeh"

Untuk ukuran anak umur 6 tahun memang banyak keinginan dan berganti-ganti, saya sampai kewalahan. Belum selesai bikin brownies sudah pengen ganti lagi kegiatan lain. 

"Bunda mitha bosen, ada yang main ke rumah kita atau kita mau main ke rumah siapa? Mitha mau ada temen, kalo homeschooling mitha mau main terus, tapi sama temen mitha yang sudah mitha kenal"

"Lagi pada punya kegiatan sendiri-sendiri, mitha, lagian klo ada temen baru yang belum mitha kenal malah bagus bisa nambah temen."

Bisa dimaklumi jika teman mitha ini bertambahnya satu demi satu. Karena masih jarang sekali anak homeschooling di sini dan kebanyakan anak-anak sekolah full day.

"Mitha mau main sama siapa hari ini?" 

Sambil berpikir dan membayangkan

"Hmmm mitha mau main ke rumah lala lagi"
"Di rumah lala, adiknya sedang sakit, dan harus banyak istirahat, klo mitha ke sana minta main adiknya"

"Enggak bun, mitha mau main sama lala bukan sama Farras, atau lala aja yang kita jemput biar main ke rumah kita?"

"Kalo ga mau atau ga memungkinkan, gimana?" Kata saya sambil merangsang cara berpikirnya.

"Ya udah mitha aja yang main ke rumah lala, mitha janji ga nonton, hati-hati klo main di depan rumahnya, terus bunda nanti jemput sore-sore ya" katanya sambil mengulang komitmennya untuk ga nonton.

"Kira-kira gimana bunda bisa tau mitha nonton atau enggak?"

"Bunda bisa nanti tanyain ke mama lala, mitha nonton atau enggak" katanya meyakinkan saya.

"Oke... inget pesen bunda yaa kalo main ke rumah orang lain"

Saya masih harus banyak belajar untuk merangsang kreativitas berpikirnya, kalaupun dia belum ada ide menjawab pertanyaan saya tentang "mitha besok mau ngapain?" Saya berikan beberapa pilihan, walaupun ujung-ujungnya kegiatan apapun mau aja asal ada temen untuk berkegiatan. Tidak setiap keinginannya bisa dipenuhi namun dia tetap harus membuat keputusan untuk kegiatannya sendiri. 










Thursday, November 9, 2017

Jasuke untuk mengisi waktu luang



"Mitha, besok kita mau ngapain?"

Pertanyaan ini biasanya saya lontarkan ke anak saya yang sekolah di rumah, untuk merangsang berpikirnya. Biasanya dia akan bilang membaca cerita atau dibacain cerita, main sama temen, beberapa temen disebutnya ada lala, ismail, sofia, bilal, bintang, arsya. Terus bikin brownies, bikin kue yang pake mixer, belajar online lewat reading eggs dan belajar berhitung lewat ixl math. Tapi belajar online ini yang paling jarang dilakukannya walaupun emaknya ini harus membayar untuk berlangganan selama setahun. 

Selain itu mau bikin apa lagi?

"Hmmmm...
Rasanya pengen bikin jasuke, Bun"

"Ayuuk" kata saya bersemangat

Besok kita beli bahannya bareng-bareng yaa

"Iyaa buun"

Jasuke tau kan ya?
Jagung, Susu, Keju

Keesokan harinya saya lupa heheheh dan saya tidak bermaksud ke pasar pagi itu, tapi dia mengingatkan.

"Bun, kita kan mau ke pasar hari ini"
"Beli apa, dek? Kemaren kan udah belanja untuk masak"
"Kita kan mau bikin jasuke bun?

"Oiyaa.." kata saya sambil jemur-jemur baju menyelesaikan kerjaan rumah.

"Okedeh kita belanja bahan setelah ini"

Walaupun proses pembuatan jasuke tetap harus saya bantu, dia seneng banget, dia semangat memipil rebusan jagung, memarut keju, menuangkan susu ke jagung. Setelah tercampur rata dia ga sabar segera mencicipinya.

"Enak, Buun"

Dan habis lebih dari 5 cup kecil..

Alhamdulilah..
Disini dia belajar untuk menghasilkan satu macam makanan saja, banyak usaha yang dilakukan, mulai dari mengumpulkan ide, kegiatan apa saja yang diinginkan, mencari bahan dan memprosesnya menjadi produk yang bisa dinikmati. Kreativitas anak ini yang penting difasilitasi sesuai usianya.




Tuesday, November 7, 2017

Uang saku dari bros rajutan

Siang itu saya diberitahu anak saya yang kedua kalau di depan kulkas ada tempelan surat dari Nisa (anak saya yang pertama).

"Oh iyaa ada surat, dari kapan ada surat disini?"

"Udah 2 hari yang lalu, Bun"

Setelah saya baca, saya menyimpulkan begini

Nisa ingin punya uang sendiri dari hasil merajut. Rencana dia ingin membuat bros rajutan dan dijual ke teman-temannya. Tujuannya dia senang merajut dan pengen dari kesenangannya dia bisa memperoleh uang saku dari karyanya.

Awalnya, pernah saya tidak membolehkan dia membeli pulpen, karena sudah terlalu sering beli pulpen dan hilang. Mungkin dia merasa kecewa tidak dibelikan pulpen akhirnya punya ide demikian.

Saya apresiasi keinginannya dan mendukung, tantangannya dia harus menyempatkan untuk bikin rajutan di sela-sela waktu. Sampai saat ini ada beberapa rajutan yang sudah jadi. Kalau melihat prosesnya saya ga tega, sambil ngantuk ngantuk dia bikin rajutan. Tapi buat proses belajar dia bahwa kreativitas yang positif diperlukan untuk mencapai keinginan termasuk harus action untuk mencapainya.

Memang anak-anak sudah kreatif kita hanya menjaga agar kreativitasnya tidak menurun dan bisa berakhir mati. Sesuai dengan definisi kreativitas di buku bunda sayangnya ibu Septi Peni Wulandani bahwa kemampuan berpikir beragam yang ditandai dengan Fluency atau ide-ide yang mengalir lancar, Flexible atau memikirkan berbagai macam pemecahan masalah, Originalitas atau mencari hal baru yang belum pernah ada dan Elaborasi atau melakukan tuntas, detil dari berbagai sudut pandang. Begitulah proses kreativitas semoga terus akan tetap tumbuh.



Saturday, November 4, 2017

Yuuk.. belajar Kreatif di IIP

Hari itu di grup Bunda Sayang diposting materi tentang kreativitas, seperti biasa diberikan waktu untuk mencerna materinya dan kemudian saling berdiskusi. Semua boleh menanggapi apa yang menjadi pertanyaan setiap peserta tidak ada guru dan murid seperti di sekolah-sekolah, disini semua guru dan semua murid, artinya bisa saling sharing informasi dan pengalaman, bukan one way atau satu arah. 

Materi yang disusun oleh Kreshna Aditya tersebut berbicara tentang betapa kreativitas itu mati karena system persekolahan yang tidak sesuai dengan kecerdasan anak, yang mewajibkan anak seragam atau sama memiliki akademis yang terukur, padahal semua anak cerdas di bidangnya dan bidang itu tidak hanya akademis. Anak-anak perlu sekolah tapi di bidang yang diminatinya yang menjadi passionnya. Dan karena anak-anak bersekolah di sekolah yang kurang sesuai maka lambat laun kreativitas mengecil. Dari diskusi di whatsapp grup fasilitator memberikan pendapatnya bahwa mungkin kreativitas anak akan mengecil, tetapi anak tetap menjadi murid di rumah, dan kembali lagi kita sebagai orang tua yang berusaha membangkitkan lagi kreativitasnya.

Selain itu bu Septi Peni Wulandani mengingatkan dalam quotesnya bahwa 
"Anak-anak secara fitrah sudah lahir kreatif kitalah yang harus mengubah diri agar layak mendampingi para creator di jamannya nanti" 

Pertanyaan renungan "Layakkah kita?"

Lagii...
Peran orang tua #nunjuk_diri_sendiri untuk membangkitkan kreativitas anak-anak dimulai mengubah diri dengan cara berpikir "out of the box" berpikir kreatif dengan membuka kotak pemikiran. Sesuatu yang nampaknya tidak mungkin dengan mengubah cara berpikir kita, maka akan ketemu jalan keluarnya. 

Proses kreativitas urutannya dimulai dari evolusi, sintesis kemudian revolusi. Evolusi merupakan ide baru dibangkitkan dari ide sebelumnya, sintesis, jika dua atau lebih ide yang ada digabungkan menjadi satu ide baru lagi, dan revolusi jika benar-benar dengan membuat perubahan baru dengan pola yang belum pernah ada. Dengan melihat proses itu kembali menengok ke dalam diri adakah proses kreatif yang terjadi di dalam diri ini??

Materi ini bikin banyak merenung, dan bertekad untuk sedikit demi sedikit mengubah pola pikir dan lanjut action.

Kalau boleh berpendapat kreativitas itu adalah jika dengan cara berpikir kemudian action, kita mau dan mampu mengubah nilai sebuah benda, nilai sebuah ide. Misalnya mengubah bahan-bahan mentah menjadi sebuah masakan yang bisa dinikmati, mengubah kardus menjadi sebuah permainan yang bisa membuat anak-anak senang. Mewujudkan ide di kepala dan mengiringinya dengan action, bagaimana actionnya memang harus memacu otak untuk berpikir. 

Selain itu kreativitas itu berpikir dan bertindak adalah bahwa segala sesuatu bisa bernilai produktif, misal bagaimana dengan membaca bisa menjadi sebuah tulisan, tidak hanya menonton tapi kemudian menceritakan kembali. 

Jadi klo mau belajar kreativitas yaa di IIP, disini tidak hanya teori walaupun teori penting banget yaa..kita diajarin untuk langsung mengaplikasikan bagaimana menikmati proses kreatif dalam keluarga lewat tantangan 10 hari selebihnya kita tetap kerjakan tantangan ini seumur hidup. Semangaat !!!


Terinspirasi dari
- Materi Bunda Sayang Level 9
- WAG Bunda Sayang
- Rumah Inspirasi
- Buku Cinta yang berpikir (Ellen Kristi)


#kelas bunda sayang
#InstitutIbuProfesional
#ThinkCreative

Mastermind dan False Celebration

  Anggota Tim yang memberikan sarannya:  #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...