Friday, March 31, 2017

Gardening Project

Di samping garasi ada space tanah yang masih perlu untuk dipercantik.  Dulunya ada beberapa tanaman, namun sekarang seperti kurang terurus, saatnya memberi sedikit perhatian agar lebih menyegarkan mata.

Anak-anak setuju project selanjutnya adalah gardening, mereka bersemangat untuk melakukan aktivitas ini. Namun project ini tidak bisa langsung kami jalankan, bisa jadi ditunda sampai beberapa hari karena weekend ini ada keperluan  ke luar kota. 

Tujuan project ini, untuk menumbuhkan kecintaan terhadap tanaman, bahwa tanaman itu bisa membantu kita apabila kita merawatnya. Membantu menghasilkan oksigen, membantu memberi makanan pada otak melalui mata, karena itu jika kita melihat tanaman yang hijau terasa lebih fresh, selain itu mempercantik rumah, dan mengembangkan keterampilan berkebun. 


Penanggung jawab
Design taman mirza mutiara hanifa /tiara
Perhitungan keperluan bahan baik itu bunga atau tanah, Diannisa Naila Hanin/Nisa
Pemilihan tanaman, Ratih Wisnu Sari /bunda
Paramitha Nadya Maharani, Mitha boleh memberi masukan dalam pemilihan tanaman.
Ayah, Putih Fajariyadi mengaduk tanah 😁

Semoga pada saatnya nanti project ini lancar dan semua anggota keluarga happy.

Thursday, March 30, 2017

Travelling Project (6)

Hari ini acara berenang bersama. Jika dilihat lagi tujuan awal travelling project ini adalah untuk mengerjakan sesuatu dengan mandiri, mengembangkan hobby dan kesenangan, yang tiap anak berbeda, bernarasi baik dengan lisan atau tulisan, maka project ini ada sebagian yang sudah dilakukan sesuai dengan tujuan, ada juga yang belum bisa dilakukan. Salah satunya kemandirian yang masih harus terus diingatkan, misalnya mandi pagi, mandi sore, menjemur handuk, membuang sampah pada tempatnya, mengembalikan barang pada tempatnya, makan dan sholat sesuai waktunya, mencuci piring setelah makan. 

Selama ada waktu anak-anak asyik bermain bersama sepupu-sepupunya, anak-anak yang besar suka menggambar, mengecat, membuat slime, membuat pizza, sekali-sekali menonton hiburan di Youtube, sedangkan anak-anak yang lebih kecil senang bermain sepeda, saling bercerita dan bermain drama. 

Saat berenang bersama masih dengan kelompok anak besar dan anak yang lebih kecil, anak-anak yang lebih kecil bermain di kolam yang kecil, dan juga anak besar sudah berani berenang di kolam dewasa hingga kedalaman 180 cm.

Yang belum dilakukan adalah Nisa belum bisa menyalurkan hobbynya memotret, saya pun akhirnya ragu, apa benar hobbynya adalah fotografi? Dan ingin menjadi fotografer, selama perjalanan kemaren tak satu pun momen yang di shoot.. Agaknya perlu di-review lagi apakah benar hobbynya adalah memotret?

Tiara dalam hari-harinya selalu tak lepas dari menggambar, walaupun masih mencontoh, namun hasilnya bisa dibilang mirip dan hidup. Memang udah jelas bakatmu, Nak. Tugas orang tua yang mengarahkan dan memberi ruang untuk berkarya. Menemukan profesi apa yang sesuai demgan kamu dan menemukan maestro yang tepat.

Sedangkan Mitha anakku yang terkecil masih suka bersepeda berkeliling. Happy jika bersepeda dan bermain bersama sepupunya. Seperti tidak pernah lelah.

Setelah seru dengan aktivitas berenang, anak-anak diajak ke rumah tetangga yang kebetulan menjual mainan kayu, anak-anak langsung bermain sesuai kesenangannya, ada yang main pasir, main mobil-mobilan kayu dan lain-lain. Seru dengan mainan kayu kemudian ditutup dengan kegiatan membuat pizza di rumah.

Demikianlah hari terakhir aktivitas anak-anak di rumah sepupunya di Cikarang, besok kami sudah harus berpisah dan kembali kepada aktivitas masing-masing.

Monday, March 27, 2017

Travelling Project (5)

Tadi malam diskusi sama anak-anak gank yang lebih besar. Nisa Tiara Sasya, akan kemana kitaa hari Senin besok??

Banyak kepala tentu banyak juga maunya, tinggal bagaimana kita memberikan opsi-opsi dan kemungkinan-kemungkinan seandainya kita memilih opsi tertentu hahha serius banget kaya apa ajaa..

Klo saya dan bunda sasya pengen ke Bogor, ke Taman bunga, dan tempat-tempat indah yang sambil nikmatin suasana sejuk kota Bogor. Tapi kembali lagi ke kepentingan anak, mau kemanakah mereka melangkahkan kaki. Sekalian juga belajar memilih dan memutuskan hal sederhana. Sesuai keinginan Nisa Tiara dan Sasya, mereka punya 2 pilihan tempat untuk dinikmati, yaitu Kidzania dan Trans Studio Bandung Okelah setelah berpikir beberapa saat akhirnya gank anak memilih ke Kidzania. Konsekuensinya harus bangun pagi, dan siap berangkat jam 7 pagi. Okee katanya.

Besok paginya ada informasi bahwa Kidzania yang ada di mall Pasific Place, ada atau melewati kawasan jalan Sudirman yang memberlakukan nomor plat ganjil genap di hari kerja, kebetulan ini hari Senin, yang boleh melewatinya adalah mobil dengan plat nomer ganjil, sedangkan mobil keluarga bernomor genap. Hampir putus asa anak-anak.

Belakangan didapat informasi bahwa pemberlakuan ganjil dan genap hanya di jam tertentu yaitu pukul 06.00 sd  10.00 pagi, dilanjut pukul 16.00 sd pukul 20.00. Akhirnya perjalanan disiasati dengan pergi menuju kidzania dengan perkiraan sampai area Sudirman pukul 10.00 sehingga bebas aturan ganjil genap. Anak-anak oke dan sudah antusias membayangkan asyiknya permainan di Kidzania. Okelah anak-anak mari kita menembus macet.

Cerita di kidzania

Akhirnya sampai juga ke kidzania. Setelah registrasi, anak-anak bisa main sepuasnya namun harus berantri ria untuk ikut dalam sebuah permainan, perkiraan pengunjung adalah 1000 orang. Lumayan juga antrinya, klo banyak yang antri tentu permainan yang bisa dimainkan menjadi lebih sedikit.

Disini, anak dibebaskan memilih profesi yang menarik untuknya. Yang sempat dicoba profesinya oleh mereka seperti profesi dokter gigi, pembuat kue, pembuat pizza. Selain itu mencoba aktivitas mengurus bayi, mengecat lukisan untuk interior design, kursus fashion show. Gank anak yang lebih besar, mencoba aktivitas membuat noodle, mengunjungi specs sport shoes, dancing di main square, ke perpustakaan, naik bis city tour, dan lain lain
 Nursery (mengurus bayi)
 Dancing di main square

Dari aktivitas ini bisa terlihat binar mata anak-anak, 
Pada aktivitas mengurus bayi dan membuat pizza, mitha antusias banget dan happy. Sedangkan Nisa, Sasya dan Tiara hampir semua aktivitas mereka. 

Pengalaman yang bisa diambil dari kunjungan ke kidzania, anak-anak di sini punya dunia sendiri, bisa mandiri melakukan apapun, mulai dari mengambil uang sendiri, memilih dan memutuskan akan ikut permainan yang mana, belajar tertib dalam mengantri, karena orang dewasa dilarang mengantri, belajar memahami perintah yang diberikan oleh instruktur yang ada di setiap ruang aktivitas, merasakan magang di tempat yang mereka mau dan diberikan upah setiap kali selesai "magang". Mengumpulkan uang yang mereka terima dan membelanjakannya untuk sebuah barang yang mereka suka.

Seruu permainan atau aktivitas ini, anak-anak lain ada yang mencoba profesi pemadam kebakaran, kurir, dokter, penyiar radio, wartawan kompas, membuat burger, membuat sari roti, gardening, membuat silver queen, dan lain sebagainya. Pantas aja anak-anak ga mau di pindahkan tujuannya dari kidzania ke tempat lainnya. Dan masih pengen kesini lagi, tapi kapan sepinya yaa kidzania ini, biar anak-anak puas mencoba seluruh aktivitas.





Sunday, March 26, 2017

Travelling Project (4)

Hari kedua ini lumayan banyak aktivitas yang dilakukan. Dimulai dengan mengantar Tiara dan Sasya yang akan ikut healing for kids di hotel Ibis Senen. Sambil menunggu mereka selesai acara sampai jam 3 sore, kami jalan-jalan ga jauh-jauh dari hotel Ibis. Ternyata ada museum Sumpah Pemuda lho di deket sini, cuman jalan kaki kira-kira 100 meter.

Rencananya setelah dari museum, berkunjung ke Monas dan ke Masjid Istiqlal dan menjemput Tiara dan Sasya lagi.

Cerita Kunjungan Ke Museum Sumpah Pemuda

Salah satu cara mempelajari sejarah yang tidak membosankan adalah dengan mengunjungi museum. Di museum disajikan beberapa fakta sejarah yang membuktikan bahwa kejadian itu benar-benar terjadi dan dapat diambil hikmahnya. Dan juga kita bisa lebih mensyukuri bangsa kita yang sekarang ini. Bangsa kita ini ada karena perjuangan orang-orang yang dengan ikhlas berkorban, yang dia pun belum tentu menikmati hasil perjuangan mereka itu. 

Bagaimana dengan kita? 

Apakah kita telah meneruskan perjuangan sumpah pemuda yang poinnya adalah persatuan dan kesatuan antar suku, pulau, agama antar organisasi dan apapun. Kunjungan itu mengingatkan kembali bahwa perjuangan itu tidak mudah, dan mempertahankan apa yang sudah diraih pun butuh perjuangan. Semoga nilai-nilai ini sampai ke anak-anak yang juga ikut membaca dan melihat-lihat museum.

Secara kebetulan bertemu dengan penulis yang concern dengan sejarah Indonesia. Agung Pribadi, yang sedang melakukan perjalanan sejarah di sekitar Jakarta. Beliau mengajak bergabung para pengunjung museum untuk menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, menumbuhkan kembali kecintaan terhadap bangsanya melalui lagu ini. Dalam pembukaannya beliau menyatakan sangat bangga dan kita semua harus bangga menjadi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia ini sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Momen ini memang harus sering-sering diciptakan. Setelah itu saya berkesempatan untuk memiliki buku dan tandatangan penulisnya. Alhamdulilaah. Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak melupakan sejarah. 

Cerita Kunjungan Ke Monas

Monas kunjungan berikutnya..
Salah satu ide cemerlang dari Presiden Pertama Indonesia tentang pembangunan Monas ini sebagai simbol perjuangan bangsa Indonesia. Kondisi Monas dan sekitarnya sedang ramai pengunjung. Sehingga harus mengantri dan membutuhkan lebih banyak waktu. Ini salah satu yang membuat anak-anak kurang antusias.

 

Cerita Jemput Tiara

Setelah hampir setengah hari berada di monas, berlanjut untuk jemput Tiara dan Sasya yang sudah selesai acara healingnya. Kali ini Nisa yang antusias menjemput, selama beberapa jam tidak bersama adik dan sepupunya. Nisa punya power klo ada teman di sampingnya. Saya pun antusias karena bertemu teman-teman yang juga menjemput anaknya. Disitu mendapat laporan tentang proses healing Tiara dan perbaikan  apa yang harus dilakukan oleh orang tua. Silaturahim singkat dengan teman-teman memberi energi positif, dan ngerasa lebih bahagia. Nisa yang sudah bertemu lagi dengan Tiara dan Sasya segera semangat lagi dan kembali berkicau hehehe. 

Cerita Kunjungan Ke Istiqlal

Ke Istiqlal ini seruu..
Secara lokasi mesjid Istiqlal yang berseberangan letaknya dengan Gereja, setidaknya memberika pesan kepada kita bahwa kerukunan umat beragama telah terjalin. Konon kabarnya jika salah satunya sedang ada even keagamaan, dan parkiran penuh, boleh saling parkir di halaman mesjid atau gerejanya. Luar biasa..

Jika kita berada di halaman mesjid, badan kita menghadap masjid, maka backgroud kita adalah gereja yang bangunannya keren. Dan begitu juga sebaliknya. Klo mau selfi-selfi tinggal balik badan aja, dapet background yang berbeda. Kami membiasakan diri jika berkunjung keluar kota, agar mengunjungi mesjid di kota tersebut, lebih bagus lagi bisa berkunjung ke masjid terbesar di situ, beribadah dan berinfaq.

Banyak hal menarik setiap berkunjung di suatu tempat. Seperti sekarang ini anak-anak bertemu kucing kampung keturunan persia, cantik, lucuu, sedang menyusui anaknya. Anak-anak pasti meluangkan waktunya untuk bermain dan menyayangi kucing. Eh.. ternyata banyak juga orang dewasa yang mendekat dan menyayangi kucing-kucing itu. Anak-anak tambah seneng ada banyak orang yang menyayangi kucing. Momen itu diabadikan orang yang mungkin punya hobby fotografer. Anak dan kucing jadi object. Setelah memunaikan sholat Ashar kami keluar masjid dan melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.

Semoga banyak pelajaran baru yang ditemui anak-anak hari ini. Tentang menjadi selalu bahagia dan positif thinking dengan apa yang ditemui di jalan. Entah itu jalan macet, rencana yang tidak sesuai jadwal, tentang tetap harus sholat kendatipun sedang di perjalanan. Dan semuaa.. jangan sampai hal-hal tersebut menghilangkan bahagia dan rasa syukur kita kepada Allah.




Saturday, March 25, 2017

Travelling project (3)

Hari pertama travelling banyak dihabiskan di jalan karena jalan di Jakarta macet luar biasa. Biasalah namanya juga Jakarta. Weekend bisa jadi mimpi buruk klo kejebak macet dan menghabiskan waktu di jalan. 
Ada beberapa pertanyaan Tiara tentang jalan tol. Jalan tol itu apa? Jalan bebas hambatan itu apa? Kenapa harus ada jalan tol. Kenapa kok tetap macet? Saya bosaan katanya.

Setelah dijawab, terus dibalas lagi dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Akhirnya karena bosan, meminta gadget dan main game sebentar, setelah itu ketiduran.

Sepanjang perjalanan Nisa dan Sasya saling bercerita tentang apapun, Nisa bertemu dengan sepupunya Sasya. Banyak hal yang mereka ceritakan, diantaranya tentang sekolah, tentang teman-temannya dan tentang buku Tere Liye yang dibacanya. Seru banget dengernya.

Setelah berkutat dengan kemacetan, akhirnya sekitar pukul 2 siang, sampai di rumah. Di rumah Cikarang sudah berkumpul keluarga, ada eyang Kudus, (mertua saya), ada Bulik dan Pak Lek saya yang dari Kudus juga, dan juga keponakan saya, Nabila. Rombongan dari Kudus sudah lebih dahulu sampai di Cikarang by bus. Sementara keponakan saya yang di Cikarang ini ada 2 orang Sasya dan dengan adiknya Sasya, namanya Maudy. 

Setelah bertemu, mereka membentuk kelompok tanpa dikomando, antara anak rentang umur 5 sampai 8 tahun, nge-gank sendiri, yaitu Nabila, Maudy dan Mitha. Sedangkan yang lain rentang umur 9 sampai 11 tahun , Nisa, Sasya dan Tiara membentuk kelompok juga. Mereka bermain sesuai selera. Kelompok anak yang lebih kecil bermain drama tentang mermaid, kebetulan mereka diberi hadiah baju mermaid/putri duyung sama eyangnya. Setelah itu bermain sepeda, bermain loncat-loncatan, dan yang favorit bermain di tangga, semua bisa jadi bahan bermain, dan sepertinya batre mereka longlife banget klo udah ketemu dan bermain bareng. Sedangkan kelompok dengan anak yang lebih besar, memilih bermain yang agak kalem, baca buku bersama, tetap bercerita, dan membuat slime.

Pada saat membuat slime ini Nisa dan Sasya sangat antusias, mereka saya pesankan bahan slime untuk dibuat sendiri. Paket bahan slime mereka buka dan mencocokkan barangnya dengan pesanan. Ternyata setelah dicocokkan, Nisa bilang ada yang tidak sesuai dengan daftar paket. Dalam daftar paket tertulis 3 pewarna dan 2 glitter, di paketnya ada 2 pewarna dan 3 glitter. Saya bilang menurut Nisa bermasalah atau enggak? Klo iyaa boleh kita komplain ke penjualnya tapi kalo enggak masalah, boleh aja kita terima barang tanpa komplain. Tapi saya jelaskan juga kepada Nisa bahwa ada baiknya kita informasikan kepada penjual bahwa barang ada yang kurang sesuai dengan daftar paket. Walaupun tanpa minta kembali barang. Sebagai masukan saja untuk mereka agar lebih teliti.

Saat membuat slime adalah saat belajar buat mereka. Sebanyak beberapa kali gagal untuk membuat formula yang pas. Sampai akhirnya slime yang udah jadi sesuai yang diinginkan. Disini anak belajar bagaimana untuk mencapai tujuan tertentu harus mengalami pelajaran berkali-kali, dan pelajaran itu dijadikan bekal lagi untuk melangkah, agar tidak kembali mengulang kesalahan yang sama. 

Saya tanyaa, kenapa yang pertama slimenya keras dan kurang lentur kalo ditarik, mereka bilang, itu kebanyakan slime activatornya. Dan selanjutnya slime bikinan mereka sesuai keinginan. 

 

Keseruan hari ini ditutup dengan makan bersama di cafe dekat rumah Cikarang. 

 







Friday, March 24, 2017

Travelling project (2)

Persiapan ini dimulai dengan memilih dan menyusun baju ke koper. Anak-anak memilih bajunya masing-masing. Untuk anak-anak masih perlu dimotivasi untuk menentukan dan memutuskan baju apa yang harus di bawa. Pertama saya berikan pertanyaan kalau perginya dari hari Jumat sampai hari Rabu, kira-kira berapa baju yang harus dibawa? Berapa baju tidur, berapa baju pergi. Kalau disana kita masih sempat mencuci dan menyeterika, karena kita nginep di tempat pak de dan bu de

Anak pertama, Nisa sudah bisa diarahkan, dan dia memotivasi adik-adiknya untuk memilih dan menyusun bajunya. Anak kedua, tiara masih bingung harus membawa baju apa dan meminta Nisa untuk memilihkan bajunya. 
"Kakak, perjalanan kali ini kita sudah sepakat untuk memilih dan menyusun sendiri, Nisa mau bantu sedikit-sedikit aja"

Sedangkan Mitha sudah berjanji sepulang sekolah akan menyelesaikan tugas ini.

Untuk project ini masih terfokus pada Nisa anak pertama, adik-adiknya bisa sekalian belajar.

Seperti tadi pagi, Nisa yang akan membantu untuk web check in, adik-adiknya melihat dari samping laptop. Karena pagi terburu-buru akan sekolah, web check in akan dilanjutkan sepulang sekolah.

Web check in ini dilakukan minimal 24 jam sebelum keberangkatan dan maksimal 4 jam sebelum keberangkatan. Tiket kami besok pukul 06.05 wita.

Dilanjut lagi yaa ceritanya..

Pulang sekolah Nisa diingatkan untuk web check in 
Caranya sudah diberitahu ayah tadi pagi, dan langsung dieksekusi. Ternyata gerakannya cepet dan bunda ga perlu kasih aba-aba lagi udah langsung ngerti. Siip deh, Nak.. kamu udah bisa..Pilih seat yang berdekatan depan belakang 15A, 15B, 15C dan 16A, 16B

Persiapan berlanjut memasukkan baju ke koper. Nisa ngasih tips "Bunda, nanti Nisa aja yang masukin bajunya ke koper yaa, bajunya nanti digulung biar muat banyak" 

"Silakan, dengan senang hati, Naak.."

Mitha juga udah memilih baju-baju yang mau dibawa, memilih baju-baju kesukaannya gambar my little pony dan frozen.. pasti deeh. Pilihan-pilihannya ga bisa diganggu gugat, udah mantap baju pilihannya yang di bawa pasti akan dipake. Dulu...saya yang siapin, alhasil beberapa baju yang dibawa ga dipake alasannya dia ga suka dan ga mau pake celana, memang yang saya bawa kebanyakan celana.

Jadi cara ini efektif agar bawaan ga sia-sia.

Tiara nih yang belum kelar persiapannya.. Tipe dia emang injury time, nyantai di awal, buru-buru nantinya.. karena dia bingung baju apa yaa udah ditunda dulu sampe nanti..

Gapapa nanti bunda bantu yaa tiaraa..


Wednesday, March 22, 2017

Travelling project

Persiapan tentang project idealnya seluruh anggota keluarga terlibat, sementara bunda, ayah, dan anak pertama saja yang menentukan, yang lain ngikut saja. Itupun terpisah, saya diskusi dulu demgan ayah, dan kemudian saya diskusi lagi dengan anak pertama. Menunggu kondisi ideal tidak akan mulai nanti..hehehe

Ada beberapa pilihan untuk project, misalnya gardening, membuat kecambah, melukis di kanvas, membuat berbagai macam kue dan lain-lain. Tapi untuk saat ini kami sepakat memilih travelling project. Karena mulai weekend sampai tanggal 29 Maret 2017 kami melakukan perjalanan ke Jakarta. Mengunjungi salah satu kakak ipar atau kembaran ayah di sana. 


Tujuan project ini melatih kemandirian anak, travelling sekaligus belajar, dan nantinya anak-anak belajar bernarasi tentang apa saja yang didapat selama travelling.

Gambaran project ini:
Anak-anak dilatih untuk mengerjakan sesuatunya sendiri kalau masih perlu tetap diawasi. 

Misal dimulai dari persiapan memilih baju dan menatanya di koper, seharusnya memesan tiket sendiri, tapi sudah dilakukan, semoga lain waktu mereka bisa memesannya sendiri. 

Nantinya anak-anak diajari untuk bagaimana check in, bagaimana mengambil bagasi, dan menentukan transportasi apa yang sesuai dengan budget dan tetap memprioritaskan keamanan.

Dalam perjalanan Nisa anak pertama yang katanya suka fotografi, dibebaskan untuk mengambil foto object yang menarik. Dalam perjalanan ini diharapkan meminimalkan interaksi dengan gadget, memaksimalkan interaksi dengan manusia atau benda hidup hehehe. 

Untuk tiara, diminta untuk menggambar sesuatu yang menarik di atas kertas, mungkin tentang perjalanan ini atau sesuai yang dia suka.

Untuk mitha membawa buku bacaan dan mainan yang dia suka. 

Tetap melakukan kemandirian-kemandirian yang telah dilakukan di rumah. Menjaga kesopanan, menjaga sholat dan tetap konsisten membaca Al-Quran, menjaga empati dengan orang lain, tidak merepotkan orang lain.

Sedangkan tugas ayah adalah menceritakan sesuatu atau memberikan permainan yang menarik kepada anak-anak. Sehingga perjalanan tidak membosankan.

Hasil akhir dari project ini adalah narasi atau penceritaan kembali dalam bentuk lisan dan tulisan, dan juga hasil jepretan Nisa dan kakak tiara. Untuk mitha cukup narasi dalam bentuk lisan.

Semoga perjalanan ini lancar dan menyenangkan.

Sunday, March 19, 2017

Rubber art

Tadi malem tiara akhirnya memilih untuk bikin sebuah karya di salah satu toko di mall banjarbaru, setelah tidak diijinkan beli mainan yang dia suka, karena memang belum jatahnya.

Ayo bun kita kesitu..nunjuk ke sebuah corner untuk workshop buat anak-anak.

Iyaa.. rubber art jadi pilihan..ini niih yang dipilih.. sekalian juga kakak dan adiknya ikutan. 

Semua memperlihatkan antusiasnya, senang dan happy, mulai dari memilih tipe rubber artnya.

Jadi rubber art itu, seperti ini yang telah dipanaskan di oven di sebuah plat aluminium

 Kemudian prosesnya seperti mewarna, tapi menggunakan cairan/liquid yang kalau dipanaskan akan menyatu dan mengeras setelah didinginkan beberapa saat.

Begini prosesnya
 

 Setelah selesai diwarnai sesuai keinginan, kembali lagi dipanaskan di oven, setelah cukup menyatu warnanya, dikeluarkan dari oven dan didinginkan, beginilah hasilnya..




    













Selama mengerjakan ini anak-anak antusias, happy, deg-degan katanya heheh.. Selain melatih motorik anak, konsentrasi, juga menumbuhkan jiwa seninya..

Baiklah ini sebagian keseriusan dan keseruan mereka..
  

Tunggu kamii di project berikutnyaa 

Wednesday, March 15, 2017

Badge cantik

  Untuk kekonsistenan dan komitmen #love_it

Kemandirian, perlu ketegasan dan konsistensi

Melatih kemandirian pada anak tidak bisa instan, kerap kali saya sebagai orang tua pengen hasil yang cepat, langsung bisa mandiri untuk sekolah tanpa diingatkan untuk bersiap-siap, langsung bisa sholat dengan kesadaran, mengerjakan pekerjaan rumah dengan senang hati. 

Dibutuhkan peran orang tua menumbuhkan kemandirian yang sudah ada di dalam diri mereka. Saya percaya bahwa setiap anak ingin mandiri, orang tuanya atau lingkungan sekitar lah yang memangkas bibit kemandirian anak tersebut. 

Contohnya pada saat anak sudah mulai lepas asi dan makan makanan pendamping asi, dia berusaha meraih sendok dan alat makan lainnya dan berusaha melakukannya sendiri. Inilah kemandirian seorang bayi, yang kemudian karena orang tua yang kurang pengetahuan dan ga mau repot oleh makanan yang berantakan dan belepotan, bibit kemandirian itu mulai dipangkas. Disaat anak melihat orang tuanya menyiapkan racikan sayuran, anak otomatis ingin mencoba, orgtua yang khawatir anak memegang pisau, dilarang untuk mencoba. 

Yang sebaiknya dilakukan adalah tetap biarkan anak mencoba dengan pengawasan orang tua. Begitupun, ketika orang tua cuci piring, anak pengen mencoba, tapi apa yang terjadi, anak tidak diperbolehkan karena takut alat makan jatuh dan pecah. Seharusnya anak diawasi saja dan biarkan dia mencuci piring. Ketika memegang sapu, mengepel, dan lain-lain, kebanyakan anak-anak tidak diperbolehkan untuk mencoba melakukannya. Jika saat ini anak-anak tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan itu, disaat dia sudah cukup umur untuk melakukannya, maka orang tua lah yang bertamggungjawab terhadap hal ini. 

Demikian juga anak-anak sejak balita harus dilatih untuk mandi sendiri, mengambil makan sendiri, mencuci piring makan sendiri, sikat gigi sendiri, membersihkan tempat tidur sendiri, menyiapkan keperluan sekolah sendiri, bahkan jika sudah 7 tahunan mencuci baju dan menyetrikanya. Itu baru bab untuk mengurus diri sendiri, padahal ada setidaknya 10 keterampilan dasar yang penting dipelajari dan dikuasai anak.

Untuk memiliki kemandirian anak, hal yang harus saya lakukan, menumbuhkan dan memupuk bibit kemandirian yang sudah ada dalam diri anak, dengan cara:
- memberi kesempatan untuk melakukannya sendiri, memberi kesempatan inilah yang sering terlewatkan sehingga anak merasa capek keinginannya untuk mencoba tidak direspon dengan baik.
- Memberi kepercayaan kepadanya bahwa "kamu bisa melakukannya sendiri".  Pada awalnya tetap dilakukan pengawasan sampai benar-benar bisa dilepas.
- Tidak semata-mata melihat hasil dari kemandiriannya, misal cuci piring kurang bersih, atau hasil potongan sayur tidak seragam. Tidak mengapa, yang penting kita catat adalah antusiasnya dia dalam mengerjakan. Walaupun lain waktu tetep harus kita edukasi bagaimana cara yang benar.
- Memberikan tanggung jawab kepada anak mulai dari hal yang kecil.
- Terus memotivasi anak agar bisa melakukan dengan baik
- Sekali-sekali pergilah ke luar kota tanpa anak-anak, dengan catatan tetap harus ada yang mendampingi, misal ayahnya dan berikan masing-masing tanggung jawab sesuai umurnya. Inilah saatnya kemandirian anak dibuktikan. 
- Berikan ucapan terimakasih dan apresiasi atas keinginannya untuk berusaha mandiri.
- Menghindari kekerasan dalam melatihkan kemandirian, karena dapat menyebabkan trauma dan anak-anak bisa saja membenci pekerjaan/hal tersebut bahkan membenci orang tuanya. Misal melatih sholat dengan kekerasan, berakibat anak-anak bisa membenci sholat seumur hidup atau dendam terhadap orang tua, bisa jadi sampai dewasa bahkan tua tidak ada kesadaran/internal control terhadap ibadah sholat ini, yang ada malas dan terpaksa.

Sebagai orang tua kurva action melatih kemandirian ini tetap harus bergerak naik walaupun landai. Artinya progress harus ada setiap harinya. Optimis saja Insya Allah, kita cukup memberi ruang buat anak kita untuk mandiri, sadari dan jalankan peran kita sebaik dan semaksimal mungkin, jaga kekonsistenan, perkuat ketegasan terhadap anak, selebihnya kita wajib berserah diri dengan terus berdoa kepada Allah tentang hasilnya. 
 



Friday, March 10, 2017

Catatan Kemandirian (10)

Mitha umur hampir 6 tahun saat ini tidur sudah terpisah kamar dengan saya, tapi masih harus dikeloni sebelum tidur dan dipeluk dibagian perut. 

Beberapa bulan yang lalu kami sepakat untuk berangsur-angsur melatih kemandirian tidur sendiri. Target tanpa ditemani atau dikeloni dan tanpa dipeluk sebelum tidur ini melibatkan ketegasan saya juga yang terkadang masih pengen berlama-lama dan masih seneng peluk-peluk dia sebelum tidur. 

Tahapan yang kami sepakati:
1. Tidur ditemani disampingnya sampai tertidur tapi tidak dipeluk
2. Tidur diantar ke tempat tidur saja dan tidak tidur di sampingnya.
3. Tidur tanpa diantar ke tempat tidur.

Tahapan pertama ini yang sudah dicoba walau masih belum berhasil, karena mitha masih susah tidur jika tidak dipeluk, dan saya pun masih takut kehilangan momen peluk dia. Mungkin tahapan ini masih akan saya tunda sampai 6 bulan lagi.

Yang jadi pertanyaan dalam diri saya, benarkah sudah perlakuan saya ini untuk melatih kemandiriannya, apa memang lebih baik menunda beberapa bulan untuk lebih mengeratkan bonding saya dengannya? 

Semoga Allah segera memberikan jawaban dan petunjuk kepada saya dalam bentuk apapun dan semoga saya dapat membaca petunjuk yang diberikan Allah..

Catatan Kemandirian (9)

Hari ini mitha belajar sepeda dengan temennya, sepeda yang lebih besar ukurannya, inisiatifnya besar dan semangat sekali. Tapi kemandirian untuk mandi tanpa disuruh masih harus dimotivasi lagi. Belum ada kesadaran tentang kebersihan diri, yang penting main dan happy. 

Sampai disini saya jadi sadar, kemandirian tidak ada yang instan, perlu berulang-ulang mengingatkan, mengedukasi, dan memotivasi agar tumbuh dengan baik kesadarannya tanpa paksaan dan trauma.

Wednesday, March 8, 2017

Catatan Kemandirian (8)

Kemandirian memang seharusnya dilatihkan ke anak, namun dalam prakteknya sering orang tua, gemes kalau ngeliat anak tidak segera mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. 

Misalnya bangun subuh karena harus melaksanakan sholat subuh dan bersiap untuk sekolah. Pengennya kita orang tua, anak dengan segera bangun untuk sholat subuh, dilanjutkan dengan bersiap menuju ke sekolah, sarapan, mandi dan berangkat. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya anak telat bangun, subuh sudah lewat waktu bahkan hanya sempat mandi dan mempersiapkan buku yang akan dibawa tepat sebelum berangkat, pagi-pagi jadi kemrungsung alias buru-buru. 

Apatah lagi sarapan, mana sempaat.. tak jarang orang tua melakukan 10 kesalahan seperti yang saya kutip melalui picture yang saya ambil di fb bapak Dono Baswardono, berikut ini: 

 Dengan kita melakukan salah satu saja diantara 10 kekeliruan tersebut, anak bisa jadi langsung bangun dan segera bergegas dengan alasan takut. 

Dapat berangkat tepat waktu dan tidak terlambat, dapat sholat tepat waktu dan tidak terlambat. 
Tapi apakah anak bahagia? 
Apakah anak akan tumbuh kesadaran dalam beribadah? 
Dikhawatirkan anak membenci sholat, anak membenci sekolah dan anak bisa membenci orangtua seumur hidupnya..

Yang seharusnya kita lakukan adalah menumbuhkan gairahnya, menumbuhkan kesadaran dalam dirinya, dengan berlaku lemah lembut kepada anak sekaligus tegas. Menyalurkan emosi negatif pada tempatnya. Dan memperkuat lagi bonding dengan anak, kalau dekat dengan anak, kita merasa seperti teman main dan takut untuk menyakiti perasaannya. 

Semua bisa berjalan dengan semestinya kalau orang tua melakukannya dengan smooth. Ini PR buat sayaa...

Tuesday, March 7, 2017

Catatan Kemandirian (7)

Baru tadi pagi kami ngobrol tentang beberapa teman mereka yang telah baligh.

"Bun, si yuyun (bukan nama sebenarnya) sudah haidh lho bun.." kata anakku
"Oh yaa, baru kelas 4 yaa padahal.." kataku..
"Iya bun, badannya sudah gede dan tinggi."

Saatnya memberikan pengertian tentang akil dan baligh..
Saya memberikan pengertian bahwa antara aqil dan baligh itu berbeda, aqil artinya akalnya telah sampai (berakal) koordinasi antara otak dan hati sejalan dan baligh itu artinya telah mencapai kematangan secara fisik. Ada kesenjangan antara pencapaian aqil dan baligh. Bila seorang anak telah mencapai masa balighnya yang artinya dia telah mengalami menstruasi atau mimpi untuk anak laki-laki, tidak serta merta anak itu pun telah mencapai aqilnya. 

Bagaimana anak yang telah mencapai aqilnya? 
- Telah memiliki kesadaran dalam beribadah kepada Allah, memiliki kemandirian dalam melaksanakan ibadah, karena fitrah keimanannya tumbuh dengan baik.
- Mampu menjalankan ketentuan Allah dan tidak melakukan larangan Allah dengan kesadaran sendiri, memiliki self kontrol yang baik.
- Mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
- Mencapai kemandirian finansial atau paling tidak dapat menghasilkan sesuatu dari keterampilannya atau keahliannya.
- Mampu menyiapkan makanan untuk dirinya ataupun untuk keluarga
-Mampu ditinggal sementara waktu di rumah tanpa orang tua
-Mampu melakukan persiapan perjalanan, mulai dari memesan tiket, check in dll.

Cara mencapai kemandirian tersebut tidak lain dengan dilatihkan ke anak-anak.

Kemudian saya menambahkan bahwa jika kita menemukan anak yang secara fisik telah dewasa tapi masih kekanak-kanakan kemungkinan dia belum mencapai aqilnya. 

Karena itu anak-anakku, yang harus kita capai adalah "aqil", karena aqil mengharuskan kita untuk belajar banyak hal tentang kehidupan, berlatih dan berjuang melawan kemalasan, melawan diri kita sendiri. Berjuang untuk kemandirian. Berjuang untuk selalu berada di jalan Allah.

Dan bunda berusaha agar selalu mendampingi kalian mencapai aqil baligh, dan berdoa semoga anak-anak bunda dapat mencapai aqil dan baligh secara bersama-sama.

Catatan Kemandirian (6)

Hari ini kerjaan cucian piring diselesaikan si bungsu, Mitha (saat ini 5,5 tahun). Waktu mau nyuci sendiri saya tawarkan.

"Mitha mau nyuci?"
"Mauu.." katanya
"Alhamdulilah, bunda bisa ngerjain yang lain.."

Kebetulan cucian piring hari ini cuman piring dan gelas tamu.

Dengan senang hati mitha ngerjain cucian piring itu, kaya mainan aja. Ga ada rasa terpaksa dan tertekan. 
Dari sejak awal membolehkan apa yang dia mau selama tidak membahayakan, tidak merugikan dan tidak mengganggu orang lain, ini adalah salah satu usaha untuk menjaga fitrah belajar anak, dan menjaga antusias, rasa ingin tau serta gairah belajar.

Buat saya ini perlu latihan, awal-awal dia ingin cuci piring ini di umur yang lebih muda. Ga mudah untuk mempersilakannya karena piring licin dan masih suka kebanting, pengen banget untuk segera mengambil alih  kerjaan  itu. 

Ternyata, baru merasakan manfaatnya sekarang kalau anak diberikan kesempatan di usia awal, fitrahnya akan tumbuh.


Sunday, March 5, 2017

Catatan Kemandirian (5)

Kemandirian anak perlu banyak dilatih lagi, yang jadi PR banget buat saya adalah gimana caranya agar anak-anak bisa bangun pagi.

Tantangannya adalah dia punya keinginan untuk bangun pagi, tapi tubuhnya belum bisa untuk segera bangun jika sudah sampai waktunya. 

Saat ini usaha yang saya lakukan:
1. Membiasakan tidur awal paling lambat jam 21.30 sudah tidur, lebih bagus tidur jam 21.00. Biasanya jam 21.00 sudah dikondisikan untuk tidur dan selesai sikat gigi dan sholat isya.

2. Menceritakan bahwa kita punya kewajiban untuk bersyukur kepada Allah dengan sholat shubuh.

3. Menceritakan bagaimana saya bisa bangun  pagi di awal waktu. Yaitu berlatih setiap hari dan memberikan afirmasi pada diri sendiri bahwa akan bangun sebelum waktu shubuh.

4. Sebelum tidur diingatkan untuk membaca doa dan membaca Alfatihah dan beberapa surah pendek.

5. Tanyakan padanya bagaimana cara membangunkan yang sesuai dengan keinginan dia.

Walaupun belum berhasil, dan selalu bangun setelah Shubuh atau sekitar jam 7 pagi, jika dibiarkan bisa jam 8  baru bangun dan keluar dari kamar, tapi usaha harus terus konsisten.

Apa anak ini terlalu lelah dan bosan dengan aktivitas sesudahnya?

Atau dia memang tipe anak yang tidak bisa diburu-buru.

Atau saran seorang teman, disaat membangunkan, sambil kita ceritakan hal-hal yang menarik, yang membuat dia buka mata, juga dengan mendoakannya, pastikan hanya kata-kata yang baik yang keluar dari mulut kita.



Saturday, March 4, 2017

Catatan Kemandirian (4)

Ada sebuah catatan menyelesaikan toilet trainning anak yang umurnya hampir 6 tahun. Pekan kemaren sudah berhasil untuk memotivasi agar si adek, mitha, mampu untuk membersihkan diri setelah buang air besar (bab). 

Yang bisa dicatat:

1. Anak harus diberi kepercayaan bahwa dia bisa melakukan sendiri. Tetap yakinkan bahwa "you can do it".
2. Anak pasti beralasan jika dia sedang tidak ingin melakukannya, tetap biarkan dia melakukan sendiri dengan tetep diawasi, sehingga kepercayaan dirinya terbangun. 
3. Secara teknis berikan contoh cara yang baik dan benar, dan cara membersihkan kotorannya.
4. Tetap awasi prosesnya sampai benar-benar bisa melakukan sendiri.
5. Perhatikan adab jika masuk dan keluar kamar mandi, misalnya berdoa, dilarang menyebut nama Allah dengan sia-sia, tidak diperbolehkan berlama-lama di kamar mandi, dan sebagainya.

Tentu tidak mudah untuk selalu memberikan kesempatan untuk si kecil melakukan sendiri, karena kita lebih banyak khawatir dan meragukan kemampuannya. Dengan bilang "Sini bunda bantu, nanti takutnya kurang bersih"

Padahal jika kita sabar dengan prosesnya, si kecil pasti akan mempercayai dirinya bahwa dia bisa.


Thursday, March 2, 2017

Catatan kemandirian (3)

Membersihkan tempat tidur adalah kebiasaan sederhana yang harus dilatihkan kepada anak-anak. Saya membiasakan kepada anak-anak agar sebelum meninggalkan kamar, handuk telah dijemur, baju kotor telah masuk keranjang, bantal guling, sprei sudah rapi, lebih bagus jika disapu. 

Cara yang lumayan efektif saya selalu melongok ke kamar sebelum mengantar anak-anak sekolah, jika belum rapi, tidak jadi berangkat sekolah sampai tempat tidur dan kamar rapi. Cara ini sudah disepakati sebelumnya. Ternyata anak-anak sudah bisa konsisten menjaga kamarnya agar selalu bersih. Pembiasaan ini memakan waktu sekitar 1 sampai 2 minggu.

Kalau diperhatikan, anak-anak butuh waktu untuk pembiasannya, masing-masing anak berbeda, ada yang cepat ada juga yang perlu selalu dimotivasi. Cara memotivasinya, dengan diberikan pengertian, teguran oleh kakak atau adiknya, atau konsekuensi yang sudah disetujui sebelumnya.

Namun jika kondisi yang tidak memungkinkan, masih diberikan fleksibilitas terhadap anak-anak, dengan tetap diberikan pengertian.

Mastermind dan False Celebration

  Anggota Tim yang memberikan sarannya:  #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...