Thursday, November 17, 2016

Learn How To Learn


Learn how to learn

Belajar bagaimana caranya belajar.

Belajar tidak mengenal usia. Sudah setua ini alhamdulilah tetep bersemangat untuk belajar bagaimana mendidik anak dengan terlebih dahulu mendidik diri sendiri. 

Setiap anak punya fitrah belajar, jika bersama dengan kita fitrah belajarnya menurun, ada yang salah dengan pendampingan kita. Mungkin orgtua kurang antusias menanggapi pertanyaan anak-anak, sehingga anak-anak jadi malas bertanya berakibat mematikan kreativitas berpikirnya.

Melatih dan menghidupkan kembali kreativitas berpikir anak dengan pertanyaan dasar "W5 How and which one?" Terhadap apapun yang ditemuinya di alam semesta ini. Ini jadi PR buat saya sehari-harinya.

Sekilas untuk saya sebagai orang tua bagaimana cara saya belajar yang nantinya akan ditularkan kepada anak-anak?

Project/mimpi besar saya adalah mensukseskan anak-anak untuk mengantarkan mereka mengerti filosofi apa tujuan mereka hidup di dunia ini, menemukan visi dan misi hidupnya, menemukan passionnya, kesukaannya, kebahagiaannya, dan berkah untuk sesama, dengan batas waktu paling lambat usia anak 15 tahun. Project/mimpi saya yang lain sebenernya ada juga, tapi pilihan saya jatuh pada hal yang lebih prioritas, dan urgen.


Mimpi ini sudah sejak lama, namun sudah lama juga mimpi ini terbengkalai, perjalanan berbelok-belok semakin menjauh dari tujuan. Inilah saatnya untuk fokus pada arah jalan yang mendekatkan pada tujuan. 

Project/mimpi besar ini saya lakukan dengan pendekatan, mendidik sendiri anak-anak saya, mengembalikan lagi kepada fitrah anak-anak yang cinta belajar, rasa ingin tau yang besar, pemberani, mandiri, antusias, inisiatif dan pantang menyerah. Seperti bayi yang secara alami pantang menyerah walaupun mengalami jatuh bangun ketika belajar berdiri dan jalan.

Ini bukan hal mudah untuk saya, merasa tidak mampu, merasa bukan orang tua yang sempurna kerap muncul membayangi. Tapi kembali lagi, menyadari peran sebagai orang tua, sebagai pendamping, fasilitator, sahabat bahkan penanggung jawab pendidikan anak, mau ga mau, mampu tidak mampu, peran itu harus kita jalankan dan nikmati prosesnya, anak sudah dititipkan kepada kita, itupun yang terus kita minta sama Allah ketika sudah menikah, agar diberikan keturunan yang sholehah. Tidak ada pilihan lain kecuali bersama belajar dengan anak. Belajar ibadah, belajar mengenal Allah, rosul, belajar membiasakan selalu berdoa sebelum aktivitas, belajar tentang alam semesta, dan lain-lain. Intinya semangat untuk terus belajar bersama anak. 

Meluangkan dan menginvestasikan waktu yang besar secara kualitas dan kuantitas untuk pendampingan anak. Insya Allah, investasi ini akan membuahkan hasil asal kita konsisten menjalani.

Jadi cara belajar saya adalah dengan project tertentu yang merupakan mimpi besar, selalu belajar,  langsung praktek, konsisten, evaluasi cara belajar dan mulai lagi dengan cara yang lebih baik. 

Melihat cara belajar saya yang lalu, kesalahan saya adalah
Antara tujuan dan action tidak sejalan, sedangkan waktu terus berjalan, tujuan tidak tercapai dan waktu terbuang. Tujuan sukses mendidik anak, dilain pihak investasi waktu untuk tujuan tersebut hampir tidak ada. Selagi masih ada waktu untuk memperbaiki, jangan sia-siakan lagi waktu ini, semoga Allah memberikan kemudahan-kemudahanNya dan memberikan pertolonganNya


Begitu juga dengan anak-anak
Anak-anak harus punya mimpi atau "dream" terlebih dahulu. Untuk membangun mimpi, anak-anak harus tau apa yang mereka suka dan bisa, sedangkan orgtua mengarahkan dan memberi pilihan, menguji kekonsistenan anak-anak terhadap kesukaannya. Biasanya anak akan fokus terhadap satu mimpi  diantara mimpi-mimpinya yang banyak, seiring bertambahnya kemampuan berpikir anak. 

Anak-anak berusaha belajar, bagaimana cara meraih mimpi, apa saja yang harus dipelajari  yang mendekatkan dia kepada mimpinya. Ada tujuan dan maksud mengapa dia harus belajar ilmu tertentu.

Masing-masing anak punya kelebihan dan kekurangan, namun yang akan kita lakukan adalah fokus terhadap kelebihannya, kekurangannya kita sikapi dengan bijak. 

Prosesnya tidak mudah, karena umur anak saat ini yang sudah dalam tahap lanjut, masih ada beberapa yang perlu dikoreksi, sebelum kesalahan menjadi lebih besar, sadari dan komunikasikan pada masing-masing anak, evaluasi bersama dan libatkan anak dalam pengenalan dirinya.

Jika memungkinkan mengikuti pelatihan pengembangan diri untuk orang tua dan anak-anak, pengalaman mengikuti pelatihan membuat anak senang dan semakin bersemangat mengejar mimpi.

Jadi, latih terus apa yang suka dan bisa menurut anak-anak, sambil terus memperkenalkan banyak profesi di dunia ini yang memberi manfaat buat sesama. Mengenalkan anak-anak pada kisah-kisah nabi dan rosul, tokoh-tokoh dunia yang menginspirasi. Sampai saatnya dia bisa menentukan tujuan hidupnya sendiri. 

Untuk selanjutnya menyusun lagi customized kurikulum yang lebih detail buat anak-anak saya yang berbeda-beda tipe dan kesenangan dengan tetap dalam koridor bahwa : 

- setiap anak berbeda, telah membawa potensi akhlaq, potensi kecerdasan, dan misi hidup masing-masing. Orangtua sebagai fasilitator utama.

- setiap anak menyadari bahwa hidup di dunia ini ada tujuannya, bisa dipelajari melalui pengetahuan terhadap Allah, pengetahuan terhadap manusia (humaniora-sejarah, sastra, kewarganegaraan-etika, politik, ekonomi-, bahasa, seni), pengetahuan tentang alam semesta (sains, ilmu bumi, matematika, hasta karya, pendidikan jasmani)

-setiap anak butuh pelatihan kebiasaan-kebiasaan baik untuk pembangunan karakternya
Misal: 
Anak dibiasakan berkegiatan dengan postur tubuh yang benar
Berkonsentrasi penuh (habit of attention)
Respect pada pendamping (habit of obedience)
Menggarap segala sesuatu sesempurna mungkin (habit of perfect execution)

Semoga dimudahkan dalam menyusun dan menjalankannya. 







No comments:

Post a Comment

Mastermind dan False Celebration

  Anggota Tim yang memberikan sarannya:  #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...