Learn how to learn
Belajar bagaimana
caranya belajar.
Belajar tidak
mengenal usia. Sudah setua ini alhamdulilah tetep bersemangat untuk belajar
bagaimana mendidik anak dengan terlebih dahulu mendidik diri sendiri.
Setiap anak punya
fitrah belajar, jika bersama dengan kita fitrah belajarnya menurun, ada yang
salah dengan pendampingan kita. Mungkin orgtua kurang antusias menanggapi pertanyaan
anak-anak, sehingga anak-anak jadi malas bertanya berakibat mematikan
kreativitas berpikirnya.
Melatih dan
menghidupkan kembali kreativitas berpikir anak dengan pertanyaan dasar
"W5 How and which one?" Terhadap apapun yang ditemuinya di alam semesta
ini. Ini jadi PR buat saya sehari-harinya.
Sekilas untuk saya
sebagai orang tua bagaimana cara saya belajar yang nantinya akan ditularkan
kepada anak-anak?
Project/mimpi besar
saya adalah mensukseskan anak-anak untuk mengantarkan mereka mengerti
filosofi apa tujuan mereka hidup di dunia ini, menemukan visi dan misi
hidupnya, menemukan passionnya, kesukaannya, kebahagiaannya, dan berkah untuk
sesama, dengan batas waktu paling lambat usia anak 15 tahun. Project/mimpi
saya yang lain sebenernya ada juga, tapi pilihan saya jatuh pada hal yang
lebih prioritas, dan urgen.
Mimpi ini sudah
sejak lama, namun sudah lama juga mimpi ini terbengkalai, perjalanan
berbelok-belok semakin menjauh dari tujuan. Inilah saatnya untuk fokus pada
arah jalan yang mendekatkan pada tujuan.
Project/mimpi besar
ini saya lakukan dengan pendekatan, mendidik sendiri anak-anak saya, mengembalikan
lagi kepada fitrah anak-anak yang cinta belajar, rasa ingin tau yang besar,
pemberani, mandiri, antusias, inisiatif dan pantang menyerah. Seperti bayi
yang secara alami pantang menyerah walaupun mengalami jatuh bangun ketika
belajar berdiri dan jalan.
Ini bukan hal mudah
untuk saya, merasa tidak mampu, merasa bukan orang tua yang sempurna kerap
muncul membayangi. Tapi kembali lagi, menyadari peran sebagai orang tua,
sebagai pendamping, fasilitator, sahabat bahkan penanggung jawab pendidikan
anak, mau ga mau, mampu tidak mampu, peran itu harus kita jalankan dan
nikmati prosesnya, anak sudah dititipkan kepada kita, itupun yang terus kita
minta sama Allah ketika sudah menikah, agar diberikan keturunan yang
sholehah. Tidak ada pilihan lain kecuali bersama belajar dengan anak. Belajar
ibadah, belajar mengenal Allah, rosul, belajar membiasakan selalu berdoa
sebelum aktivitas, belajar tentang alam semesta, dan lain-lain. Intinya
semangat untuk terus belajar bersama anak.
Meluangkan dan
menginvestasikan waktu yang besar secara kualitas dan kuantitas untuk
pendampingan anak. Insya Allah, investasi ini akan membuahkan hasil asal kita
konsisten menjalani.
Jadi cara belajar
saya adalah dengan project tertentu yang merupakan mimpi besar, selalu
belajar, langsung praktek, konsisten, evaluasi cara belajar dan mulai lagi
dengan cara yang lebih baik.
Melihat cara belajar
saya yang lalu, kesalahan saya adalah
Antara tujuan dan
action tidak sejalan, sedangkan waktu terus berjalan, tujuan tidak tercapai
dan waktu terbuang. Tujuan sukses mendidik anak, dilain pihak investasi waktu
untuk tujuan tersebut hampir tidak ada. Selagi masih ada waktu untuk
memperbaiki, jangan sia-siakan lagi waktu ini, semoga Allah memberikan kemudahan-kemudahanNya dan memberikan
pertolonganNya
Begitu juga dengan
anak-anak
Anak-anak harus
punya mimpi atau "dream" terlebih dahulu. Untuk membangun mimpi,
anak-anak harus tau apa yang mereka suka dan bisa, sedangkan orgtua
mengarahkan dan memberi pilihan, menguji kekonsistenan anak-anak terhadap
kesukaannya. Biasanya anak akan fokus terhadap satu mimpi diantara mimpi-mimpinya
yang banyak, seiring bertambahnya kemampuan berpikir anak.
Anak-anak berusaha
belajar, bagaimana cara meraih mimpi, apa saja yang harus dipelajari yang
mendekatkan dia kepada mimpinya. Ada tujuan dan maksud mengapa dia harus belajar ilmu tertentu.
Masing-masing anak
punya kelebihan dan kekurangan, namun yang akan kita lakukan adalah fokus
terhadap kelebihannya, kekurangannya kita sikapi dengan bijak.
Prosesnya tidak
mudah, karena umur anak saat ini yang sudah dalam tahap lanjut, masih ada
beberapa yang perlu dikoreksi, sebelum kesalahan menjadi lebih besar, sadari
dan komunikasikan pada masing-masing anak, evaluasi bersama dan libatkan anak
dalam pengenalan dirinya.
Jika memungkinkan mengikuti
pelatihan pengembangan diri untuk orang tua dan anak-anak, pengalaman
mengikuti pelatihan membuat anak senang dan semakin bersemangat mengejar
mimpi.
Jadi, latih terus
apa yang suka dan bisa menurut anak-anak, sambil terus memperkenalkan banyak
profesi di dunia ini yang memberi manfaat buat sesama. Mengenalkan anak-anak
pada kisah-kisah nabi dan rosul, tokoh-tokoh dunia yang menginspirasi.
Sampai saatnya dia bisa menentukan tujuan hidupnya sendiri.
Untuk selanjutnya
menyusun lagi customized kurikulum yang lebih detail buat anak-anak saya yang
berbeda-beda tipe dan kesenangan dengan tetap dalam koridor bahwa :
- setiap anak
berbeda, telah membawa potensi akhlaq, potensi kecerdasan, dan misi hidup
masing-masing. Orangtua sebagai fasilitator utama.
- setiap anak
menyadari bahwa hidup di dunia ini ada tujuannya, bisa dipelajari melalui
pengetahuan terhadap Allah, pengetahuan terhadap manusia (humaniora-sejarah,
sastra, kewarganegaraan-etika, politik, ekonomi-, bahasa, seni), pengetahuan
tentang alam semesta (sains, ilmu bumi, matematika, hasta karya, pendidikan
jasmani)
-setiap anak butuh
pelatihan kebiasaan-kebiasaan baik untuk pembangunan karakternya
Misal:
Anak dibiasakan
berkegiatan dengan postur tubuh yang benar
Berkonsentrasi penuh
(habit of attention)
Respect pada
pendamping (habit of obedience)
Menggarap segala
sesuatu sesempurna mungkin (habit of perfect execution)
Semoga dimudahkan
dalam menyusun dan menjalankannya.
|
|
blog pribadi ini bercerita tentang apa pun yang menarik, tentang keluarga, anak-anak dan kesehariannya..
Thursday, November 17, 2016
Learn How To Learn
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mastermind dan False Celebration
Anggota Tim yang memberikan sarannya: #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...
No comments:
Post a Comment