Friday, January 27, 2017

Melankolis vs Kolerik

Masih tentang komunikasi

Klo sebagian saya denger curhatan temen, antara suami dan istri, mereka kesulitan membangun komunikasi yang enak.


Ternyata saya tidak sendirian. Seringkali merasa "kok susah ya ngobrol ringan dengan suami?" Padahal suami kita sendiri gitu loh, seharusnya kita lebih mengerti maunya suami kita. Malah kita sering maksa "kok suami aku ga ngertiin aku sih? Istri sendiri kok ga kenal?"


Seketika jadi orang yang menuntut, dan pengen suami langsung ngerti tanpa ngomong.


Pertama kenali tipe suami kita, dan tipe diri kita,
klo introvert/ekstrovert, melankolis/kolerik/sanguins/plegmatis


Klo suami aku nii, introvert, melankolis dominan
akan enak ngobrol dll klo dia nyaman dulu hatinya, klo enggak, bakal diem dan tidur dan ngorok malah.. kebayang gimana tuh pengen ngobrol malah ditinggal tidur.

Klo aku sepertinya introvert juga tapi ga terlalu parah, dan kolerik dominan

Seringnya yang terjadi, kondisi sama-sama ga fit, masing-masing saling menuntut pengen diperhatikan, akhirnya pada diem-dieman tapi ngedumel klo saya. Energi yang tadinya pengen ngobrol enak, curhat dll jadi tertahan, malah jadi jengkel krn sama-sama ga mau memulai yaa. Mungkin saya sering memulai tapi dengan cara kurang enak, misal dengan langsung nanya ke masalah yang berat atau nanya kenapa kok diem aja atau memulai dengan raut wajah yang kusut karena pengennya ditanyain duluan, tapi ga ditanya-tanya (hahaha..drama banget) ga perlu kali kaya gini.


Yaah klo sama orglain mah gampang ngatur-ngatur komunikasi, klo sama suami kelihatan aslinya kita.

Jika sedang dihadapkan pada situasi ini yang sebaiknya dilakukan adalah
Tetap jaga akhlaq, tetap positif thinking, tarik nafas panjang dan ucapkan kalimat yang baik. Istighfar atau alhamdulilah atau kalimat yang menenangkan diri.
Gampaang?
Enggak...
Tapi
Klo kita mau..
Bisa
Dan awalnya harus latihan dulu..
Klo gagal
Coba lagi
Jangan menyerah

Alasan kenapa harus melakukan ini?
Untuk kesehatan kita sendiri (jiwa dan raga) yang kedu kita akan selalu menjadi contoh/teladan buat anak, barangkali buat suami juga.

Setelah itu lanjut dengan terapi menulis. Tulis apapun, klo belum bisa dengan tema berat, tulis aja apapun di buku "sampah emosi" kalo saya begitu setelah penuh bakar buku itu dan jangan sampai terbaca anak-anak.

Tapi klo sudah tenang bisa saja menulis dengan tema tertentu atau apapun yang positif.

Insya Allah klo tulisan sudah mengalir, lega rasanya dan situasi yang pelik tadi udah menjauh. Saatnya kita memulai lagi mengobrol dengan suami dengan cara yang lebih anggun. Pastilaah sambutannya hangat..walaupun yang mau kita obrolin kita sedang marah, tapi disampaikan dengan cara yang proper.."mas, aku tadi marah loo.. karena mas diem ajaa padahal aku pengen di sapa...apa kek nanya .. udah makan belum?"

Pasti jawabnya?
"Oh gitu yaa? Mas ga tauu, soalnya tadi capek banget, di kantor ada masalah, pengen leyeh-leyeh sebentar, eh ketiduran.."

Ggrrr
Udah uring2an ternyata suami ga ngerasa.


Gimana dengan tipe kepribadian?

Klo suami tipe melankolis, kita harus bicara dengan data yang jelas, banyak thinking, banyak pertimbangan, keakuratan data, bukti, alasan, sebab akibat, tahap-tahap tertentu dalam menjalani sesuatu, terlalu lama di persiapan.

Sering kebalikan dengan saya yang suka to the point, terkesan memaksa, action duluan, ingin selalu segera, ga sabaran, merasa paling benar, pengen membahas tuntas masalah saat itu juga.

Tujuannya apa kita mesti tau tipe kepribadian ini?

Dengan kita tauu, kita jadi mengerti bagaimana memperlakukan diri sendiri, memperlakukan pasangan. Beda orang beda perlakuan.. melankolis itu ga bs dipaksa-paksaa mereka harus melalui tahap tertentu dulu..misal ada 4 tahap, yaa harus dimulai dari 1, 1 selasai 2, kemudian 3 dan 4, ga bisa langsung 4.. sedangkan saya maunya langsung ke 4..dan sayaa sering melakukan langsung tahap 4.

Disinilah terjadi konflik.. hehehehe,

Tapi dengan konflik ini kita akhirnya bisa mencari titik tengah, saya menurunkan sedikit ego pemaksaan saya, dengan memberi waktu kepada suami melewati setahap demi setahap prosesnya. Adakalanya juga, saya jalan dengan kemauan saya dan suami menurunkan standar perfectnya.
Begitulah.. pasti ada celah untuk ketemunya asal diobrolin dengan kepala dingin...

Tidak disarankan jaim dan manis depan suami tapi mendem hehehe memilih diam di depan suami padahal ngedumel..










No comments:

Post a Comment

Mastermind dan False Celebration

  Anggota Tim yang memberikan sarannya:  #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...