Wednesday, February 15, 2017

Komunikasi Produktif, perlu ilmu dan amal

Banyak orang sudah mengerti teori dalam berkomunikasi baik itu komunikasi dengan diri sendiri, dengan pasangan atau dengan orang lain, tapi mempraktekannya tak semulus jalan tol. Penuh perjuangan dan wajib untuk menyelesaikan permasalahan dengan diri sendiri terlebih dahulu. Apa maksudnya?

Bereskan diri sendiri
Bagi yang sudah melewati masa demi masa sampai akhirnya dewasa tentu tak lepas dari hasil didikan orangtua dan lingkungan. Sengaja atau tidak sengaja semua telah membentuk diri kita sekarang.

Bagaimana penerimaan dan penilaian terhadap diri sendiri. Apakah dalam pengasuhan sering dimarahi tanpa sebab, tidak pernah diberikan pujian yang efektif, tidak pernah dihargai usahanya, tidak pernah disapa perasaannya, selalu dianggap jelek dan dibully sehingga menyebabkan setelah dewasa, berkomunikasi dengan orang lain dengan membawa emosi marah, haus pengakuan, tidak percaya diri, dan kurang kontrol terhadap emosinya.

Tumpukan-tumpukan emosi sedari dulu kala (kayaa lagu..hehehe) mesti diberesin terlebih dahulu.

Bagaimana caranyaa?



Pertama sadari dulu, lihat ke dalam diri kita, masih adakah menyimpan kemarahan dalam hati, atau kita merasa baik-baik saja? tetapi raut muka tidak bisa menipu, raut muka yang suntuk, jutek, susah senyum atau datar, menyiratkan suatu hal yang terpendam.

Atau mungkin pembawaannya selalu ceria, tertawa, bersikap seperti orang lain yang bukan dirinya agar menyenangkan orang lain, jaga image dan seolah olah selalu bijak, padahal semua itu adalah usahanya untuk menutupi sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Setelah menyadari, akui dulu..jangan mengingkari apa yang terjadi pada diri sendiri.Artinya?

Setelah mengakui, terima hal tersebut terjadi pada diri kita. Dengan menerima kita akan merasa ikhlas semua terjadi pada diri ini pasti ada maksudnya. Menerima sesuatu yang ga enak memang butuh proses. Kejadian yang sudah lama terjadi dan tampaknya tidak berpengaruh apapun, ternyata sangat berpengaruh pada kehidupan kita saat ini.

Menerima berarti selalu berpikir positif terhadap apa yang terjadi dahulu. Kemudian memaafkan dan mendoakan terhadap orang-orang yang telah mengukir kenangan-kenangan yang pahit dalam diri. Dengan memaafkan, berarti melepaskan dan mengikhlaskan semua yang telah terjadi.

Carilah cara untuk menyembuhkan, bisa dengan terapi, rukyah syari, meminta bantuan soulhealer ataupun orang yang kita percayai. Yang tentunya semua hanyalah cara, cara itu tidak boleh bertentangan dengan cara-cara yang dicontohkan Nabi Muhammad dan tujuan kita membersihkan diri dan mendekat kembali kepada Allah Swt, Yang Maha Menyembuhkan.

Kembali lagi, permasalahan dengan diri akan terus ada sepanjang kita hidup, tapi minimal permasalahan jaman dahulu kala sudah berusaha kita rilis. Setidaknya tidak ada lagi yang membebani hati, kita sudah bisa menerima apa yang terjadi dahulu kala. Melihat permasalahan yang sekarang dapat kita atasi dengan diri kita yang bersih dan dapat mengatur hati untuk tenang, sehingga bisa berpikir dengan jernih.

Komunikasi Efektif

Bagaimana kita bisa efektif berkomunikasi, lembut, intonasi yang baik, menyampaikan marah dengan cara yang baik karena marah itu boleh tapi tidak marah-marah, menyampaikan sesuatu yang bisa dimengerti lawan bicara, pemilihan strategi atau cara penyampaian yang tepat?

Sesungguhnya kitalah yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan komunikasi kita. Bukan menyalahkan orang lain yang tidak mengerti dengan apa yang kita bicarakan.

Komunikasi efektif, perlu ilmu dan keterampilan mempraktekkan, tidak berhasil saat ini, ulang lagi, jangan menyerah dan tetap optimis.

Butuh kemauan

Hari ini karena hal yang sepele bisa jadi uring-uringan, pakailah jeda waktu untuk time out sebentar, untuk atur nafas, ketahuilah ini ga mudah, ini hanya butuh kemauan dan latihan.

Iyaa... kemauan.. kemauan untuk mengatasi situasi sulit, yang seharusnya menyehatkan kedua belah pihak. Pilihannya bisa dengan meluapkan kemarahan yang artinya kita lega dan lawan bicara sakit hati, atau dengan diam seolah tidak terjadi apa-apa tetap bersikap manis, lawan bicara aman, tapi kita jadinya memendam sesuatu yang bisa jadi penyakit atau bom waktu yang suatu saat akan meledak. Pilihan terbaik adalah mengendalikan diri dengan cara yang baik, selanjutnya menyampaikan kemarahan kita atau kekesalan atau hal yang membuat jadi uring-uringan dengan baik.

Butuh Ilmu dan amal

Ilmu komunikasi efektif banyak kita temukan teorinya dalam buku-buku, atau dalam seminar-seminar, atau dengan mengikuti Kelas online Bunda Sayang dari Ibu Profesional. Dipandu oleh ibu Septi Peny Wulandari. Tak hanya teori, tapi juga praktek dan bikin laporannya berupa tulisan.

Yaah............. inilah rangkaian proses menjalankan komunikasi efektif dengan orang lain.

Tidak cukup hanya dengan membaca, walaupun membaca itupun belum tentu kita lakukan.

Tidak cukup dengan tau saja..

Tapi perlu kemauan yang kuat untuk berubah dari komunikasi yang tidak efektif menjadi lebih efektif yang berarti sehat, tertata, mampu diterima lawan bicara.

Pun tak cukup hanya dengan kemauan, harus ada praktek dan latihan yang terus menerus.

Komunikasi adalah keterampilan yang harus terus dilatih dan diasah sampai saatnya kita fluent dalam mengatasi situasi 'sulit'

Dan latihan ini adalah latihan seumur hidup, tak ada batas waktu.

Selamat Berjuang...










No comments:

Post a Comment

Mastermind dan False Celebration

  Anggota Tim yang memberikan sarannya:  #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...