Tuesday, June 13, 2017

Parenting, Never Ending Story

Dalam sebuah kulwap (kuliah via whatsap) oleh ustadz Adriano Rusfi ada salah satu peserta yang bertanya: “Dalam mendidik anak, saya sering bingung karena kebanyakan membaca referensi tentang parenting, Bagaimana sebaiknya?”
Kemudian ustadz menjawab secara singkat bahwa pada dasarnya Allah telah mengilhamkan pada diri kita tentang prinsip-prinsip dasar pendidikan anak. Bahkan Allah telah mengilhamkan parenting yang berbeda untuk anak yang berbeda, sehingga kita tidak perlu menjadi robot-robot parenting. Yang perlu dilakukan adalah menggali ke dalam diri, membersihkan diri, mengasah intuisi, nurani, dan kepercayaan diri bahwa Allah bersama kita,

Selama ini tema parenting adalah tema yang menarik untuk dipelajari. Merasa diri ini kurang sekali ilmunya, dan ingin lebih baik lagi menghadapi anak. Walaupun prakteknya tidak selalu mudah, perlu perjuangan dan tekad yang kuat. Saya sendiri sedikit demi sedikit mempelajari sambil langsung mempraktekkan pendidikan berbasis fitrah, (fitrah based education). Yang disusun oleh Ustadz Harry Santoso dan Adriano Rusfi. Senada dengan pendidikan berbasis fitrah, saya ikut kuliah online Institut Ibu Profesional, dipandu oleh Ibu Septi Peny Wulandani. Secara detailnya saya sering juga mendengarkan tausiyah ustadz Muhammad Fauzil Adhim. Membaca buku-buku ibu Ida Nur Laela. Ikut belajar bersama Abah Ihsan. Mendengarkan seminar ibu Elly Risman. Dan menyimak program Indonesian strong from home-nya Ayah Edy. Dan banyak buku-buku penunjang lainnya.

Apakah bingung terlalu banyak teori parenting?
Jika sumbernya Al Quran, tidak ada yang bertentangan. Malah sejalur dan saling melengkapi. Jika sumbernya penelitian/research bisa dimungkinkan terjadi pertentangan. Maka kembali ke Al-Quran dan Hadits. Seperti ada anggapan bahwa dilarang memakai kata "jangan" dalam melarang anak, karena anak justru akan melakukan yang dilarang. Namun di Al-Quran banyak sekali dalam mendidik anak dan menasihati anak dipakai kata "jangan" diawali dengan panggilan yang baik kepada anak, dan kata-kata yang lembut.

Contoh yang ada di Surah Luqman : 13 "Ya bunayya la tusyrik billah" Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah.

Sebelum menjalankan semua teori parenting itu sebaiknya kita menyadari bahwa dalam diri orang tua sudah terinstall fitrah keayahbundaan yang diberikan Allah sepaket dengan fitrah yang dimiliki anak. Orang tua lah yang seharusnya paling tahu apa yang diperlukan buat anaknya, dengan catatan orangtua itu sendiri paham akan fitrah yang dimilikinya. Kebanyakan orang tua terlalu sibuk mencari referensi teori parenting di luar sehingga lupa menengok pada dirinya sendiri.

Bagaimana menengok fitrah keayahbundaan pada diri sendiri ini?

Perlu kejernihan pikiran dan mata hati melihat ke dalam diri, pembersihan diri dan mendekat ke Allah, berdoa meminta petunjuk. Masing-masing dari ayah bunda memiliki kelebihan dan kekurangan, punya sesuatu yang suka dan bisa, punya sesuatu yang menjadi passion, punya sesuatu yang unik, yang tidak dipunyai orang tua lain atau keluarga lain. Punya cara mendidik anak yang dapat menentramkan hati. Teori-teori parenting hanya sebagai penunjang, apabila tidak cocok untuk diterapkan, jangan memaksakan, berdoalah kepada Allah, minta yang terbaik untuk anak-anak kita. Pasti Allah akan mengilhamkan cara terbaik mendidik anak versi kita dan cocok untuk anak-anak. Jangan lupa berempati terhadap anak. Juga kepercayaan diri sebagai orang tua perlu ditumbuhkan, Allah tidak akan membiarkan kita sendirian mengurus amanahNya, asal kita pun mau berkomunikasi dengan Allah. Nyambung dengan Allah, menyamakan frekuensi dengan Allah, dengan kata lain selalu berusaha dekat dengan Allah, tidak meremehkan perbuatan maksiat, menganggap enteng janji kepada Allah dan janji kepada diri sendiri.

Lalu mengapa kalau sedang marah menguap deh itu teori parenting ABCDEFG? Dan setelah pelampiasan itu tumpah yang kita rasakan adalah menyesal, berjanji tidak mengulangi kesalahan lagi. Walaupun yang terjadi adalah kesalahan yang berulang. Jatuh ke lubang yang sama.

Lihatlah lagi apakah marah kita itu hanya ilusi?

Ilusi yang dimaksud adalah aktivitas marah-marah ga jelas tanpa sebab, salah sasaran. Lihat ke dalam diri, selami lebih jauh, kenapa kita marah? Apakah kita marah karena masalah hidup kita, marah karena kemiskinan, marah karena orang tua kita, marah karena pasangan, marah karena tumpukan emosi yang sudah mengeras, marah karena sesuatu yang tidak tahu sebabnya apa?


Apakah kita marah karena emosi-emosi yang kita tahan dan akhirnya meledak juga?
 
Apakah layak kemarahan itu kita lampiaskan ke anak? Sedikit saja air minum tumpah, marahnya sudah kaya orang kesurupan dan suara udah setinggi 7 oktaf.. Astaghfirullah…

Sedangkan emosi, baik emosi negatif atau emosi positif (senang, bahagia, gembira, dan lain-lain) diperlukan dalam hidup kita, kalau tidak ada emosi udah kaya zombie jadinya..flat, datar, dan dingin. Emosi negatif bisa marah, kesal, bosan, iri, sedih, dan lain-lain. Tidak apa-apa, akui saja kalau kita marah, kesal, bosan, sedih atau iri. Akui saja dulu, jangan mengingkari. Setelah mengakui terima perasaan itu dan sampaikan dengan baik dan benar.

Misalnya emosi negatif marah. Marah perlu tapi marah yang proper atau layak.

Jadi bagaimana marah yang proper atau layak?

Marah yang baik yang disampaikan dengan tenang, kalimatnya efektif tidak terlalu panjang alias mengomel. Bagaimana marah yang tenang? Kalau sedang di puncak ingin marah, mengubah posisi ke yang lebih rendah, klo sedang berdiri maka duduk, sedang duduk maka berbaring, atau dengan berwudhu. Atau mengambil time out sebentar untuk menenangkan diri, bisa dengan menarik nafas panjang, atau sudah agak lebih tenang tapi belum bisa bicara bisa dilampiaskan dengan menulis. Biasanya pada saat menulis, energi kita yang besar tersalur, terlihat lebih jelas permasalahannya, dan kemungkinan solusi juga sudah nampak atau paling tidak sudah bisa tenang. Setelah tenang kita sudah bisa bicara dengan teratur, dan pemilihan kata yang baik sehingga kalimat yang keluar adalah kalimat yang efektif.

Mengenali emosi diri

Sadari emosi kita sehat atau kurang sehat. Kenali diri baca tanda-tandanya. Lihat wajah kita apakah tampak lebih tua dari umur? Lihatlah foto-foto kita, apakah tampak seperti orang yang memendam perasaan? Lihatlah senyum kita apakah tulus? Apakah senyum kita sekedar menggerakkan bibir tidak menggerakkan hati untuk benar-benar tersenyum? Lihatlah fisik kita, apakah sehat dan baik-baik saja? Apa sering sariawan? Apakah sering pusing? Apa sering mengalami alergi? Apakah punya tumor atau bahkan kanker? Seringkali kita mengkambinghitamkan makanan yang menyebabkan penyakit-penyakit itu. Padahal kemungkinan sebagian besar adalah emosi terpendam dan tertahan bertahun-tahun yang lalu yang menjalar ke penyakit fisik. Hati-hati lho…

Ada pengalaman nyata orang yang mengidap kanker payudara, bisa berkurang sel kankernya setelah dia berhasil mengalahkan egonya untuk memaafkan ibunya. Subhanallah..

Bagaimana jika yang kita sakiti adalah anak-anak kita? Bagaimana jika anak-anak kita yang menyimpan emosi negatif karena kita orang tuanya yang selalu melampiaskan kemarahan kepadanya? Dan bukan hanya penyakit yang akan dideritanya, tapi hidupnya tidak akan bisa dia jalani dengan baik. Tidak menutup kemungkinan dia pun akan melakukan hal yang sama dengan orang tuanya. Karena sudah terrekam ke alam bawah sadarnya.

Teori parenting yang mana yang dipakai?
 
Parenting tak akan pernah ada habisnya untuk digali, pentingnya terus belajar dan keberanian untuk praktek langsung. Saat ini saya sreg dengan home education berdasarkan fitrah, fitrah anak-anak yang telah diinstall oleh Allah, kita orang tua mendampingi anak-anak dalam mengeluarkan potensi yang dipunyai anak dan memunculkan peran apa yang akan dimainkan dalam kehidupan ini, yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada Allah, baik bagi orang tua maupun anak itu sendiri. Meyakini bahwa bersama Allah kita akan mampu melewatinya. Aamiin..

No comments:

Post a Comment

Mastermind dan False Celebration

  Anggota Tim yang memberikan sarannya:  #ibupembaharu #bundasalihah #darirumahuntukdunia #hexagoncity #institutibuprofesional #semestaberka...